REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat dan mantan pejabat Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendapatkan kiriman bom. Mantan presiden AS Barack Obama, mantan calon presiden AS Hillary Clinton, Gubernur New York Andrew Coumo, mantan direktur CIA John Brennan, dan anggota legislatif dari Partai Demokrat Maxine Waters dikirimkan paket yang berisi bom.
Kantor pusat stasiun televisi CNN di Time Warner Center di New York juga mendapatkan paket yang sama. Saat ini, pihak berwenang sedang menginvestigasi kasus dan mencari tahu koneksi berbagai ancaman tersebut.
Setidaknya, ada lima paket yang dikirimkan ke tokoh-tokoh besar di AS tersebut. Semua paket tersebut berhasil diamankan oleh pihak berwenang. Sampai saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Sebelumnya, penyumbang dana terbesar untuk Partai Demokrat George Soros juga mengalami hal yang sama. Presiden AS Donald Trump mengatakan, akan melakukan investigasi terhadap ancaman bom itu.
"Setiap tindakan atau ancaman kekerasan politik adalah serangan terhadap demokrasi kita sendiri. Kami ingin semua pihak bersatu dalam keharmonisan dan kedamaian," kata Trump, Kamis (25/10).
Berita tentang ancaman bom terhadap petinggi-petinggi Partai Demokrat semakin memanaskan ketegangan menjelang pemilu sela pada 6 November mendatang. Dalam pemilihan tersebut, Partai Demokrat ingin kembali menduduki tampuk kekuasaan di Kongres.
Kabarnya, jaksa agung di masa pemerintahan Obama, Eric Holder, juga harusnya menerima paket yang sama. Tapi, bom tersebut kembali ke alamat yang tertera di lima paket bom tersebut, yakni di kantor anggota Kongres Debbie Wasserman Schultz, mantan ketua Komite Nasional Demokrat, di Florida.
"Ada kemungkinan paket tambahan dikirim ke lokasi lain," kata FBI dalam situs resmi mereka.
Paket yang dikirimkan ke CNN dikirim untuk John Brennan yang menjadi analisis di stasiun televisi kabel tersebut. Semua karyawan CNN sempat dievakuasi.
"Sejauh ini benda itu terlihat seperti bom pipa," ujar Komisioner Deputi Polisi bidang intelijen dan kontraterorisme, New York, John Miller, dalam konferensi pers.
Semua orang yang menjadi target bom tersebut sering kali disudutkan oleh Trump. Presiden ke-45 AS itu kerap mengkritik CNN sebagai penyebar berita bohong dan mengatakan media massa sebagai musuh rakyat.
"Pemahaman Gedung Putih yang sedikit tentang betapa seriusnya serangan mereka terhadap media, presiden, dan terutama sekretaris media Gedung Putih harus memahami kata-kata mereka. Sejauh ini, mereka tidak menunjukkan pemahaman tentang itu,” kata Presiden CNN, Jeff Zucker.