REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan nilai transaksi harian saham (RNTH) pada 2019 mencapai Rp 9 triliun. Dengan total 244 hari bursa.
"Target tersebut didasarkan pada asumsi stabilitas ekonomi Indonesia di atas lima persen," ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (25/10).
Ia menambahkan, target itu pun didasarkan pada proyeksi peningkatan jumlah partisipasi dan aktivitas transaksi investor tahun depan, termasuk meningkatnya jumlah perusahaan tercatat di bursa yang kini telah mencapai 600.
Target RNTH, kata dia, didasari pula pada beberapa kegiatan yang akan berjalan. Di antaranya rencana implementasi percepatan siklus penyelesaian transaksi yang sebelumnya tiga hari menjadi dua hari pada kuartal keempat 2018.
"Percepatan itu karena adanya layanan pendanaan efek oleh anak usaha BEI PT Pendanaan Efek Indonesia. Ditambah implementasi program OJK - SRO dalam hal simplikasi pembukaan rekening efek," jelas Inarno.
Dirinya menegaskan, tahun depan BEI akan fokus pada pengembangan variasi layanan dan peluncuran produk baru. Tujuannya unyuk menunjang pencapaian target bursa.
"Jadi sebagai regulator, kita nggak bisa prediksi IHSG ke depan, yang bisa kita lakukan saat ini adalah meningkatkan produk-produk. Jadi apa pun kondisi di eksternal dan IHSG, bisa tetap ada positifnya kalau produk kita variatif," tuturnya.
Inarno menegaskan, variasi produk yang akan ditingkatkan BEI utamanya produk derivatif berbasis Surat Utang Negara. Termasuk pengembangan produk derivatif untuk pasar ekuitas meliputi pengembangan structured warrants, pengembangan single stock futures, serta indeks futures.
"BEI juga berencana meluncurkan beragam variasi indeks acuan baru. Diharapkan bisa menjadi acuan baru dalam pengembangan produk investasi oleh pelaku pasar modal Indonesia," ujar Inarno.