Kamis 25 Oct 2018 19:12 WIB

Dubes RI di Swiss Berikan Kuliah Umum di WTI

Dubes membeberkan respons Indonesia dalam menghadapi krisis global.

Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Prof. Muliaman Hadad, Ph.D, ketika memberikan kuliah umum berjudul “Global Financial Reform and Crisis Management Protocols: Indonesia’s Experience” di World Trade Insitute (WTI), Universitas Bern, Senin (22/10).
Foto: Kedubes RI di Swiss
Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Prof. Muliaman Hadad, Ph.D, ketika memberikan kuliah umum berjudul “Global Financial Reform and Crisis Management Protocols: Indonesia’s Experience” di World Trade Insitute (WTI), Universitas Bern, Senin (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang memiliki ketahanan ekonomi yang kuat dalam menghadapi krisis ekonomi global tahun 2008. Tidak hanya melewati krisis global 2008 dengan selamat, satu dekade pascakrisis ekonomi global 2008, pertumbuhan rata-rata ekonomi Indonesia tertinggi ke-3 bagi negara anggota G-20 atau stabil di atas lima persen per tahun dan memiliki Gross Domestic Product (GDP) lebih dari satu triliun dolar Amerika Serikat.

Fakta ekonomi Indonesia menjadi pembuka ceramah Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Prof. Muliaman Hadad, Ph.D, ketika memberikan kuliah umum berjudul “Global Financial Reform and Crisis Management Protocols: Indonesia’s Experience” di World Trade Insitute (WTI), Universitas Bern, Senin (22/10) lalu. Dubes Muliaman membeberkan respons Indonesia dalam menghadapi krisis global di hadapan sekitar 50 orang professor dan mahasiswa WTI.

“Krisis datang dan pergi tanpa kita undang. Pertanyaannya bagaimana kesiapan kita dalam menghadapi krisis yang masalahnya bisa bersumber dari faktor internal atau eksternal,” ujar Dubes Muliaman yang juga merupakan Guru Besar Ekonomi Universitas Diponegoro itu, seperti dalam siaran persnya.

Setelah terjadinya Krisis Keuangan Global, G-20 meluncurkan program reformasi keuangan yang komprehensif untuk meningkatkan ketahanan Sistem Keuangan Global. Pada saat yang sama juga menciptakan struktur pasar yang lebih terbuka dan terintegrasi.

Bagi Indonesia, menurut Dubes Muliaman, pertumbuhan ekonomi negara berkembang membutuhkan dukungan stabilitas politik dan ekonomi. Di sektor keuangan, stabilitas tersebut sangat ditentukan oleh efektivitas supervisi, regulasi, dan koordinasi antara pemerintah dan para pelaku ekonomi.

“Stabilitas menjadi persyaratan penting untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. Diperlukan penyederhanaan regulasi yang dapat menghambat efektivitas reformasi keuangan. Selain itu, pengawasan dan koordinasi juga sangat penting, disamping penyederhanaan regulasi sektor keuangan,” papar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (2012—2017) ini.

Kuliah umum Dubes Muliaman tentang kesiapan Indonesia menghadapi krisis ekonomi global disambut dengan antusiasme yang tinggi dari para civitas akademika World Trade Insitute (WTI). Direktur WTI, Professor Peter Van den Bossche, menyampaikan apresiasi atas kesediaan Dubes Muliaman memberikan pencerahan dan perspektif lain tentang pemerintahan ekonomi dunia.

“Pengalaman panjang Prof Muliaman di Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, ditambah dengan pengalaman akademik beliau, merupakan kehormatan sekaligus keuntungan bagi WTI untuk mendengarkan ceramah beliau langsung,” ujar Professor Peter Van den Bossche.

Ditambahkan oleh Rebecca Gilgen, Koordinator Akademik WTI, bahwa antusiasme para mahasiswa sangat tinggi sekali mendengarkan ceramah Muliaman. “Jarang sekali kita dapati seorang Professor yang juga memiliki karir panjang di sektor keuangan dan juga seorang duta besar,” ungkapnya.

Kuliah umum “Global Financial Reform and Crisis Management Protocols: Indonesia’s Experience” merupakan bagian dari rangkaian dari WTI Global Economic Governance Seminar Series. World Trade Institute (WTI) merupakan salah satu institut terbaik di dunia yang berfokus pada penelitian, pendidikan, dan dukungan kebijakan di bidang tata kelola ekonomi global, hukum ekonomi internasional, dan keberlanjutan ekonomi internasional. WTI mencetak alumni yang bekerja berkiprah di sektor pemerintahan, bisnis, dan penasehat hukum perdagangan internasional di World Trade Organization (WTO).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement