Kamis 25 Oct 2018 20:33 WIB

Soal Politisi Sontoloyo, PDIP: Fakta yang Harus Disampaikan

Politikus PDIP menilai pernyataan Presiden Jokowi tak perlu direspon berlebihan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Foto: Istimewa
Presiden Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP Erwin Moeslimin Singajuru menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo soal 'Politisi Sontoloyo' yang direspon berlebihan oleh kubu Prabowo-Sandi. Erwin menilai, Jokowi menyebut Politisi Sontoloyo merupakan respon atas sekelompok politisi yang menggunakan cara tidak beradab dalam berpolitik.

"Pak Jokowi mengkritik politisi yang cenderung merusak kehidupan masyarakat, berpolitik bukan untuk kemaslahatan bangsa dan rakyat Indonesia," tegas Erwin kepada wartawan, Kamis (25/10).

Pernyataan Jokowi ini, menurutnya adalah respon dari politisi yang asal ngomong, mengadu domba dan selalu mempersoalkan kebijakan yang baik untuk rakyat. Menghambat jalannya program untuk rakyat tersebut, kemudian menggunakan berbagai cara agar program untuk rakyat tersebut tidak berjalan demi kepentingan politik kelompoknya.

Jadi menurut dia, pernyataan Jokowi soal Politisi Sontoloyo yang merupakan bentuk respon itu bukan untuk kegaduhan. Justru yang menanggapi pernyataan tersebut terlalu berlebihanlah menurut Erwin, yang membuat kegaduhan baru. "Yang mempersepsikan pernyataan Pak Jokowi itulah yang justru membikin gaduh," ujarnya.

Erwin menilai sebenarnya bukan karakter Jokowi menyebut kata sontoloyo, sevulgar itu. Walaupun kata Sontoloyo tersebut, menurutnya masih sangat wajar disampaikan, sebagaimana Soekarno pernah menyebut 'Islam Sontoloyo' sebagai kritik atas perilaku keislaman yang terlalu taqlid dan 'fiqh minded'.

Karena publik, menurutnya bisa menilai Jokowi selama ini tidak suka kegaduhan dengan membuat pernyataan menyerang. Apa yang disampaikan Jokowi soal 'Politisi Sontoloyo' itu menurutnya adalah fakta yang akhirnya harus dilontarkan. Karena Jokowi melihat situasi politik saat ini yang menghalalkan segala cara dan justru merugikan masyarakat.

"Jadi semua pihak sebenarnya ikut bertanggungjawab atas sikap politik dan politisi yang sontoloyo tersebut. Karena sistem politik kita yang membuat politisi seperti itu. Dan fakta itulah yang direspon Jokowi sebagai satu kritik untuk semua," katanya.

Presiden Joko Widodo menjelaskan siapa yang dimaksud dengan politikus sontoloyo. Politikus sontoloyo adalah politisi yang memakai cara-cara menyebarkan kebencian, mengadu domba, menggunakan isu SARA, dan memecah belah masyarakat untuk menarik perhatian masyarakat.

"Kalau masih memakai cara-cara lama seperti itu, masih politik kebencian, politik SARA, politik adu domba, politik pecah belah, itu yang namanya tadi politik sontoloyo," kata Presiden seusai menghadiri pembukaan Trade Expo Indonesia Ke-33 di Indonesia Convenction Exhibition, Tangerang, pada Rabu (24/10).

Jokowi mengkritisi, lawan-lawan politik kerap menggunakan cara tidak beretika dalam berkampanye. Untuk itu Jokowi mengajak para politisi untuk berkompetisi pada masa kampanye pemilu dengan bertanding kebaikan program, gagasan pembangunan, dan adu prestasi, serta rekam jejak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement