REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kumpulan massa yang akan melakukan Aksi Bela Tauhid mulai memadati Masjid Istiqlal sejak pukul 10.00 WIB, Jumat (26/10). Masjid Istiqlal memang dijadikan titik kumpul massa yang akan melakukan aksi damai ke Patung Kuda dan dipusatkan di depan halaman Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam).
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, massa banyak yang menggunakan atribut bendera, ikat kepala, maupun topi bertuliskan kalimat tauhid. Di pintu masuk, ada pula pedagang yang menjual berbagai atribut bertuliskan kalimat tauhid.
Salah satu peserta aksi, Widodo, mengatakan, aksi ini bertujuan menuntut Banser meminta maaf karena telah mambakar bendera bertiskan kalimat tauhid. Menurut dia, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor belum meminta maaf karena telah membakar bendera tauhid. "Malah seolah nantangin," kata dia, Jumat (26/10).
Pria yang tinggal di Tangerang itu bahkan menginap di Istiqlal demi mengikuti aksi damai bela tauhid. Menurut dia, ada satu dua orang lainnya yang ikut menginap untuk melakukan aksi.
Dengan aksi damai, Widodo berharap pemerintah bisa adil dalam menyelesaikan kasus pembakaran bendera tauhid. Namun, yang terpenting, Banser harus minta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan anggotanya. "Apa sih beratnya meminta maaf? Kan gampang. Itu kan lafal Allah. Dia sendiri kan Islam," ucap dia.
Sementara, Oke, salah satu peserta aksi lainnya, datang bersama temannya. Ia datang atas inisiatifnya sendiri tanpa dikomandoi organisasi tertentu. Menurut dia, setiap umat Muslim pasti akan marah ketika bendera tauhid dibakar. Ia mengatakan, alasan Banser yang menganggap bendera itu sebagai milik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tak bisa diterima. "Tujuan ini menyangkut masalah kalimat tauhid. Itu dianggap identik dengan HTI. Padahal, ini sudah ada dari lama. Ada dari zaman Rasul," kata dia.
Ia menegaskan, aksi ini juga menuntut agar proses pengadilan yang sesuai dengan hukum berlaku dilakukan. Tuntutan itu dilakukan agar ke depan, penistaan pada agama Islam tak dilakukan lagi.