REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama memastikan, Aksi Bela Tauhid yang digelar di Jakarta, siang hari ini bebas dari kepentingan apapun. Ketua GNPF Ulama, Yusuf Muhammad Martak mengatakan, aksi murni terjadi karena kecintaan pada kalimat Tauhid. “Tidak ada kepentingan dalam aksi yang terjadi hari ini. Apalagi? Itu semua karena Tauhid,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, Jumat (26/10) siang.
Aksi siang hari ini digelar sebagai respons atas pembakaran bendera hitam bertuliskan kalimat Tauhid yang dibakar oleh anggota Bansern NU di Garut. Pembakaran tersebut diklaim karena bendera yang dibakar merupakan milik organisasi HTI yang telah dibubarkan pemerintah.
Yusuf menjelaskan, kalimat Tauhid bukan dimiliki oleh segelintir orang Islam saja. Melainkan milik umat Muslim di seluruh dunia. Ia mengatakan, sebetulnya banyak cara jika memang menduga bendera bertuliskan kalimat Tauhid adalah milik organisasi tertentu.
Namun, sayang, kejadian tersebut justru dipertontonkan serta disebar melalui media sosial hingga menjadi viral. Ia pun menyesalkan kejadian itu terjadi pada saat masa kampanye menjelang tahun politik. Padahal, Banser NU bukanlah aparat yang berhak untuk menghakimi sesuatu.
Oleh karena itu, Yusuf mengimbau agar ke depan hal-hal yang dapat memantik kemarahan massal agar dihindari. “Mestinya aparat juga memberikan pencerahan terhadap mereka (Banser NU) untuk tidak menimbulkan sesuatu yang kontraproduktif,” kata Yusuf.
GNPF Ulama berharap, aparat dan otoritas pemerintah dapat mendengarkan serta mengambil suatu kesimpulan yang adil dari aspirasi massa demonstran siang hari ini. Hal itu agar kemarahan massa dapat diredam.
Yusuf sekaligus memastikan Aksi Bela Tauhid tidak akan mudah terpancing oleh provokator. Sebab, semua peserta yang berkenan mengikuti aksi telah berkomitmen untuk mewujudkan aksi yang damai tanpa kekerasan. “Kami tidak pernah punya agenda negatif untuk negara dan bangsa. Kami selalu berbuat yang terbaik,” ujarnya.