REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menyebutkan bahwa Indonesia berpotensi untuk melakukan ekspor beras. Pernyataan Buwas ini mengacu pada data luas panen dan produksi yang baru saja dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data tersebut, Indonesia diproyeksikan mengalami surplus beras sekitar 2,85 juta ton.
"Kalau BPS sudah nyatakan surplus, artinya kita berpotensi ekspor beras. Kita lihat saja nanti," ujar Buwas usai meninjau Gudang Bulog di Kota Padang, Jumat (26/10).
Buwas juga menegaskan bahwa pasokan beras di gudangnya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga Juni 2019. Artinya, hingga periode waktu tersebut, pemerintah dinilai tak perlu melakukan impor beras. Bulog, lanjut Buwas, saat ini fokus untuk memastikan pasokan beras tersedia secara merata di seluruh Indonesia.
Dirut Bulog Budi Waseso meninjau Gudang Bulog di Kota Padang, Jumat (26/10).
"Untuk nanti (setelah Juni 2019) impor atau tidak kita lihat saja. Sekarang kan data sudah ada. Justru dengan data yang jelas, prediksi cuaca yang baik, dan produksi pertanian stabil, kemungkinan tidak perlu impor," kata Buwas.
Buwas menjelaskan bahwa perkara ketersediaan pasokan beras ini menjadi penting karena menyangkut hajat hidup masyarakat Indonesia. Lesu tidaknya daya beli masyarakat juga dipengaruhi oleh ketersediaan beras, plus mahal tidaknya harga yang harus ditebus untuk beras.
"Namun bukan berarti kita nggak mungkin impor, enggak. Pokoknya kita lihat saja (perkembangan) nanti," jelas Buwas.
Berdasarkan rilis BPS tentang data luas panen dan produksi padi, perkiraan total produksi beras tahun 2018 sebanyak 32,4 juta ton. Sementara konsumsi beras di Indonesia tahun ini diperkirakan 29,57 juta ton. Artinya ada surplus sebesar 2,85 juta ton.
Tiga provinsi dengan produksi padi tertinggi adalah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah dengan produksi masing-masing sebesar 10,54 juta ton, 9,54 juta ton, dan 9,51 juta ton.