Sabtu 27 Oct 2018 20:41 WIB

Persaingan Global Meningkat, Pupuk Indonesia Ekspansi Bisnis

Perseroan mulai melakukan pengembangan NPK, pengembangan produk baru dan bahan baku.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Jajaran Direksi PT Pupuk Indonesia (Persero) (dari kiri ke kanan) Direktur SDM & TKK PT Pupuk Indonesia (Persero) Winardi, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur Bakir Pasaman, Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) Achmad Tossin Sutawikara dalam konferensi pers Paparan Kinerja sebelum Rapat Koordinasi BUMN 2018 di Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (27/10).
Foto: Republika/Lida Puspaningtyas
Jajaran Direksi PT Pupuk Indonesia (Persero) (dari kiri ke kanan) Direktur SDM & TKK PT Pupuk Indonesia (Persero) Winardi, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur Bakir Pasaman, Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) Achmad Tossin Sutawikara dalam konferensi pers Paparan Kinerja sebelum Rapat Koordinasi BUMN 2018 di Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) melakukan pengembangan bisnis demi menghadapi persaingan global yang terus meningkat. Jika kebutuhan dalam negeri tidak bisa dipenuhi produk dalam negeri, maka produk luar akan mudah masuk dan menguasai pasar. 

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat mengatakan pengembangan bisnis meliputi peningkatan kualitas produk dan pengembangan bisnis nonpupuk. Kualitas dan efisiensi pupuk perlu ditingkatkan karena saat ini pasar pupuk telah oversupply.

"Perusahaan pupuk di dunia itu memproduksi total 230 juta ton per tahun sementara konsumsi hanya 170 juta ton, ini sudah oversupply," kata dia. Sehingga perusahaan perlu melakukan langkah responsif.

Sejumlah program mulai dijajaki, mulai dari pengembangan NPK, pengembangan produk baru, pengembangan bahan baku NPK, peningkatan daya saing produk, pengembangan bisnis non pupuk, penataan anak-anak perusahaan serta riset terintegrasi. 

"Ke depannya, kami akan lebih memprioritaskan pada pengembangan produk selain urea, hal ini karena saat ini pasar urea dunia sudah mengalami oversupply," kata Aas di Bontang, Sabtu (27/10). 

Di samping itu, prospek bisnis pupuk pun masih menjanjikan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya lahan pertanian. Dibutuhkan jenis pupuk yang lebih baik dalam meningkatkan produktivitas tanaman, dan salah satunya adalah lewat pengembangan pupuk NPK.

Beberapa waktu lalu, Pupuk Indonesia meluncurkan Program Proyek NPK 2,4 juta ton. Ini adalah program peningkatan kapasitas produksi NPK dari 3,1 juta menjadi 5,5 juta ton hingga tahun 2021 mendatang. 

"Di luar proyek tersebut, kita juga akan membangun Pabrik Phonska 5 di Petrokimia Gresik dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun," kata Aas. Dengan kapasitas produksi yang nantinya bisa mencapai 6 juta ton per tahun ini, Aas optimis dapat menguasai pasar NPK dalam negeri, khususnya untuk sektor perkebunan. 

Guna menunjang produksi NPK, Pupuk Indonesia juga perlu melakukan pengamanan pasokan bahan baku. Sehingga persero berencana membangun pabrik asam fosfat dan asam sulfat di Lhoksemauwe, Aceh. Serta mengupayakan penguasaan bahan baku dengan membeli perusahaan tambang rock phosphate, KCl, dan produsen DAP.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement