Sabtu 27 Oct 2018 22:10 WIB

Imbauan Gus Sholah Soal Insiden Bendera di Garut

Saling provokasi di antara sesama anak bangsa dinilai tak efektif.

Red: Teguh Firmansyah
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Solahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Solahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur KH Salahudin Wahid mengimbau umat agar menghentikan kegaduhan terkait insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid. Hal itu penting demi tercipta kedamaian dan persatuan bangsa.

"Kami berharap ini sudah tenang, tidak ada lagi kegaduhan, tindakan yang saling menyerang, saling provokasi itu tidak produktif," kata Gus Sholah, sapaan akrabnya, di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Sabtu.

Ia sebenarnya menyesalkan adanya insiden peristiwa pembakaran bendera yang ada kalimat tauhid. Bendera itu dianggap sebagai bendera organisasi masyarakat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah dilarang.

Gus Sholah juga mempertanyakan oknum yang menyusup ke acara Hari Santri Nasional di Alun-alun Limbangan, Garut, 22 Oktober 2018. Menurutnya, polisi harus mengusut dengan tuntas motif di balik alasan yang sebenarnya, termasuk memastikan apakah ada yang menyuruh atau karena diri sendiri.