Ahad 28 Oct 2018 12:37 WIB

Inalum Utamakan Kerja Sama Lancarkan Hilirisasi Pertambangan

Keseluruhan proyek-proyek besar bernilai lebih dari 10 miliar atau Rp 150 triliun.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (MinerbaDirektur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (kanan).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (MinerbaDirektur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Holding Industri Pertambangan (HIP) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) (Persero) mengedepankan kerja sama dengan berbagai pihak untuk merealisasikan sejumlah proyek hilirisasi pertambangan. Keseluruhan proyek-proyek besar bernilai lebih dari 10 miliar atau Rp 150 triliun.

"Untuk melancarkan pendanaan memang akan mengedepankan kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta, sisanya mencari pendanaan baik dari dalam maupun luar," kata Direktur PT Inalum, Budi G Sadikin.

Ia mengatakan sebagian besar proyek telah siap berjalan mulai 2019, diantaranya di segmen aluminium, bauksit dan batubara. Sementara penyelesaiannya beragam mulai dari dua hingga tiga tahun kedepan. Budi mengatakan mekanisme kerja sama bisa menekan pendanaan sehingga penyiapan dana Inalum bisa menjadi tiga miliar dolar AS.

Inalum saat ini sedang dalam proses mengembangkan sayap ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, untuk mendirikan pabrik aluminium primer dengan kapasitas 500 kiloton per annum. Serta pembangkit listrik tenaga air dengan memanfaatkan sungai Kayan.

Nilai proyeknya sebesar enam miliar dolar AS. Ekspansi ke provinsi ini diharapkan dapat dimulai di tahun depan. Inalum bersama anggota HIP PT ANTAM Tbk dan produsen alumina terbesar kedua di dunia Aluminum Corporation of China Ltd (CHALCO) juga bekerja sama membangun pabrik pemurnian untuk memproses bauksit menjadi alumina.

Alumina merupakan bahan baku utama untuk membuat aluminium ingot. Inalum sendiri merupakan produsen aluminium ingot satu-satunya di Indonesia. Konstruksi proyek yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, ini dilakukan dalam dua tahap dengan total kapasitas produksi dua juta metrik ton alumina.

Investasi untuk membangun pabrik tahap 1 tersebut diperkirakan sekitar 850 juta dolar AS dan ditargetkan mulai produksi pada 2021. Anggota HIP lainnya, PT Bukit Asam Tbk, akan berkolaborasi dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mengkonversi batubara muda menjadi syngas.

Syngas merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik. Pabrik pengolahan gasifikasi batu bara sendiri direncanakan mulai beroperasi pada November 2022.

Diharapkan produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu ton polypropylene per tahun. Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batubara sebagai bahan baku akan sebesar sembilan juta ton per tahun. Termasuk untuk mendukung kebutuhan batubara bagi pembangkit listriknya. Nilai keseluruhan proyek tersebut diperkirakan lebih dari tiga miliar dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement