REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peran Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) untuk bangsa memang tidak terbantahkan. Kini, perjalanan panjang Kokam itu dibukukan sebagai satu warisan fisik kepada muda-mudi Muhammadiyah.
Sosok Iwan Setiawan memang tidak asing bagi generasi muda Muhammadiyah. Sebelum menuangkan pena dalam buku Kokam, Kesatuan Muhammadiyah di Zaman Bergerak, Iwan telah malang melintang di perserikatan.
Pria kelahiran 6 Maret 1982 itu memulai karier di Pemuda Muhammadiyah Nitikan. Kariernya semakin cemerlang usai menjadi Ketua PCPM Umbulharjo, Ketua PDPM Kota Yogyakarta sampai menjadi Ketua PWPM DIY.
Iwan sarat pengalaman. Diklat Kokam Umbulharjo, Kokam Kota Yogyakarta sampai Diklat Suspimnas PP Pemuda Muhammadiyah pernah diikuti. Kini, Direktur CV Kolom Cetak itu sibuk mengajar di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Dalam sambutannya, ia mengaku tidak mudah mengerjakan buku ini. Terlebih, buku ini memuat sejarah kelahiran Kokam, yang tentu harus ditulis memakai disiplin ilmu sejarah dan sulit dituangkan orang yang bukan pakar sejarah.
Kecintaan kepada Kokam yang membulatkan tekad Iwan menulis risalah tersebut. Bagi Iwan, generasi muda dan penerus Kokam di era milenial perlu memahami besarnya sejarah organisasi yang mereka tinggali. "Kisah sejarah akan menguatkan seseorang dalam memahami dirinya dan menjadikan seseorang bangga atas apa yang dia ikuti," kata Iwan.
Dari keinginan luhur itu, Iwan mulai mencari sumber-sumber sejarah kelahiran Kokam. Beragam buku-buku, dokumen-dokumen, sampai lembar-lembar makalah Iwan telusuri bertahun-tahun demi menambah referensi.
Belum lagi, dokumen-dokumen Muhammadiyah hampir kering dengan sejarah kelahiran Kokam. Karenanya, ia turut berharap kehadiran buku ini menjadi referensi awal saat orang bertanya tentang sejarah kelahiran Kokam.
Setelah tiga tahun dirasa cukup mengumpulkan referensi-referensi, ia melanjutkan langkah menuangkannya dalam tulisan. Tiga bulan dihabiskan dari menulis bab awal sampai akhir, sampai lahirlah buku Kokam tersebut.
Memahami masih banyak kelemahan, Iwan berterima kasih atas bantuan dari banyak pihak. Mulai dari Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Ketua-Ketua PWPM seindonesia, serta Ketua PWPM dan Ketua Kokam Jawa Tengah.
Bagi Iwan, semua elemen muda Muhammadiyah telah memberikan begitu banyak bantuan sampai buku ini lahir. Tidak lupa, ucapan terima kasih disampaikan bagi keluarga dan sahabat-sahabatnya tercinta.
"Kepada istriku Nunung Damayanti, anakku Alifah Humaira Setiawan dan ibuku Siti Maisun, ketiganya menjadi titik pusat kehidupanku," ujar Iwan.
Tidak lupa, Iwan berterima kasih kepada Kamastu, dan Suara Muhammadiyah yang telah berkenan menerbitkan tulisannya. Buku Kokam, Kesatuan Muhammadiyah di Zaman Bergerak sendiri terdiri dari tujuh bab.
Mulai Muhammadiyah pada masa Soekarno, Muhammadiyah di Zaman Bergerak, Berdirinya Kokam sampai Nama Kokam. Ada pula Kokam dalam Tiga Orde yaitu rezim Soekarno, Orde Baru dan Reformasi.
Lalu, H.S Prodjokusumo Panglima Kokam, dan bab terakhir ada Trilogi Kokam dan Pemikiran untuk Masa Depan. Iwan berharap, perjalanan singkatnya di Kokam bisa memberi inspirasi baru kepada generasi milenial Kokam.
"Persahabatan di Kokam otentik, persahabatan yang tidak ada kepentingan, selain kepentingan sesama anak bangsa yang cinta agama dan bangsa," kata Iwan.