Senin 29 Oct 2018 07:08 WIB

Setelah Tujuh Tahun, Warga Yordania Kembali Kunjungi Suriah

Warga berharap dibukanya perbatasan membawa efek positif bagi perekonomian.

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pria Yordania membuka pintu mobilnya di Damaskus, Suriah, 25 Oktober 2018.
Foto: REUTERS/Omar Sanadiki
Seorang pria Yordania membuka pintu mobilnya di Damaskus, Suriah, 25 Oktober 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Warga Yordania terlihat berbondong-bondong menuju ibu kota Suriah, Damaskus. Mereka ingin berwisata atau melakukan aktivitas perdagangan. Ini merupakan kunjungan pertama kali warga Yordania dalam beberapa tahun terakhir setelah kedua negara sepakat membuka kembali perbatasannya.

Perbatasan dibuka untuk masyarakat dan barang pada 15 Oktober. Ini memulihkan rute perdagangan di wilayah tersebut yang bernilai miliaran dolar AS.

"Hari pertama Suriah dibuka, saya datang. Ini adalah kedua kalinya sejak saat itu," kata Mahmoud Nassar (62 tahun), insinyur penerbangan dari kota utara Yordania, Ramtha.

Nassar, yang mengendarai mobil bersama ayah dan putranya mengatakan ia melakukan kunjungan ke Suriah untuk mengobati kerinduan akan Damaskus. Menurutnya, jalan yang ia lalui aman dan tidak ada masalah.

Pasukan pemerintah Suriah merebut kembali wilayah perbatasan dengan Yordania dari pemberontak pada Juli dalam serangan yang didukung Rusia. Perbatasan telah ditutup sejak pemberontak merebutnya pada  2015. Namun, warga Yordania mulai berhenti melalui perbatasan sejak konflik dimulai pada 2011.

Pada Jumat, sisi perbatasan Yordania terlihat dipenuhi kendaraan yang antre menyeberang perbatasan. "Apa yang kami lihat adalah situasinya bagus, semuanya baik-baik saja. Aku suka Sham (Damaskus), jadi aku ingin menjadi salah satu yang pertama mencoba masuk sebagai wisatawan," kata Razzan al-Hattab, seorang warga Yordania yang menunggu untuk menyeberang.

Penutupan perbatasan telah berdampak pada ekonomi Suriah dan Yordania. "Sebelum perbatasan ditutup, pekerjaan kami luar biasa. Tapi untuk tujuh tahun terakhir, kami belum bisa membayar uang sekolah," kata Jawad al-Zoubi, menunggu untuk menyeberang.

Di Damaskus, Bahjat Rizik bersama istri dan putranya, mengatakan terakhir kali ia melakukan perjalanan dari Amman sebelum perang dimulai. Dia biasa membawa perabot kantor untuk dijual di Suriah dan memiliki sebuah galeri di distrik Yarmouk dekat Damaskus.

"Saya akan berkunjung setiap pekan. Insya Allah, kita bisa kembali bekerja," kata Rizik.

Ia membawa tas, pakaian anak-anak, dan rempah-rempah. Bilal Bashi, yang mengelola sebuah perusahaan dan menjual abaya di Damaskus, mengatakan dia telah menyaksikan banyak wisatawan dan pembeli asal Yordania sejak perbatasan dibuka.

"Tidak diragukan lagi akan ada ekonomi (dorongan). Ini akan memiliki efek positif," katanya di pasar bersejarah Souk al-Hamidieh di Kota Tua Damaskus.

Namun, Raed Maseh, pedagang Suriah lainnya, mengaku belum merasakan dampak nyata dari peningkatan pengunjung Yordania. Ia berharap akan lebih banyak orang lagi berkunjung ke Suriah.

Perang Suriah semakin menambah ketegangan antara Damaskus dan Amman. Yordania bersekutu dengan Amerika Serikat (AS) untuk memberikan dukungan kepada beberapa gerilyawan yang memerangi Presiden Bashar al-Assad.

Namun hubungan diplomatik tidak sepenuhnya terputus. Hubungan Suriah dan Yordania tidak pernah  menjadi permusuhan seperti yang mereka lakukan dengan beberapa negara regional lainnya, terutama Turki yang tetap menjadi pendukung utama oposisi.

Intisar Murshid, kepala hotel Damaskus, mengatakan ia menerima sekitar 14 tamu Yordania pada hari pertama penyeberangan dibuka. Mereka datang untuk berbelanja, bekerja, atau mengunjungi kerabat.

"Selama delapan tahun kami tidak melihat orang Yordania, sangat jarang," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement