REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengkaji kemungkinan ekspansi pasar produk perikanan Indonesia ke wilayah Timur Tengah guna memanfaatkan peluang sertifikasi halal. Saat ini setidaknya tuna kaleng telah berhasil diekspor, dan patin beku dalam kemasan direncanakan akan menyusul pada momentum bulan haji tahun depan.
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP mencatat, persentase ekspor ikan Indonesia ke Timur Tengah tahun 2017 sebenarnya relatif kecil. Jumlahnya hanya 1,97 persen dari keseluruhan atau setara 94,16 juta dolar AS dari total ekspor tahun lalu yang sebesar 4,78 miliar dolar AS.
Namun menurut Direktur Direktorat Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Machmud, pasar ikan halal Timur Tengah yang selama ini didominasi Thailand dapat dibidik sebagai tujuan ekspansi pasar produk perikanan Indonesia.
"Timur Tengah impornya sangat menjanjikan, pertumbuhan mereka tinggi, dan pasarnya masih muda,” ungkap Mahmud, Senin (29/10)
Selaras dengan hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo juga mengatakan akan mengincar pasar yang meminta sertifikat halal. "Semakin banyak buyer yang meminta sertifikat halal, tak hanya Timur Tengah, negara lain juga, misalnya Singapura dan Malaysia," tuturnya.
Dengan masuk ke Timur Tengah, akses perdagangan Indonesia ditenggarai akan makin luas. Begitu pula jika mampu masuk ke pasar Dubai yang merupakan pintu utama untuk masuk ke Afrika.
Tak hanya tuna kaleng dan patin, Budhi menilai tenggiri, bandeng, dan udang juga berpotensi dikirim ke Timur Tengah. Oleh karenanya, pemerintah bersama industri harus berkolaborasi dalam menjalankan misi dagang nasional.