Selasa 30 Oct 2018 09:39 WIB

Dompet Dhuafa Gelar Tabligh Akbar di Mushala Darurat

Kegiatan ini diharapkan bisa membangkitkan semangat penyintas.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolanda
Dompet Dhuafa menggelar zikir dan tabligh akbar bersama penyintas di mushala darurat sementara di Posko VI Desa Jono Oge-Lolu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Ahad (28/10) malam. 
Foto: Republika/Wisnu Aji Prasetyo
Dompet Dhuafa menggelar zikir dan tabligh akbar bersama penyintas di mushala darurat sementara di Posko VI Desa Jono Oge-Lolu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Ahad (28/10) malam. 

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Dompet Dhuafa menggelar zikir dan tabligh akbar bersama penyintas di mushala darurat sementara di Posko VI Desa Jono Oge-Lolu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), akhir pekan lalu. Kegiatan itu bertujuan menguatkan penyintas Muslim di sana korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi.

"Alhamdulillah kita melakukan acara dakwah, zikir berjamaah, shalawat, serta tabligh akbar bersama dengan masyarakat yang ada di sini," kata Ustaz Dompet Dhuafa Herman Budianto di Posko VI Desa Jono Oge-Lolu, Kabupaten Sigi, Sulteng, Ahad (28/10).

Ustaz Herman mengatakan, Dompet Dhuafa mengajak masyarakat untuk bersama bermunajat kepada Allah SWT. Sebab, menurut dia, kondisi penyintas Muslim yang masih lemah juga butuh penguatan-penguatan rohani. "Dari penguatan itu, kita ajak anak-anak dan masyarakat untuk bersalawat dan tabligh akbar, temanya Bangkit dari Keterpurukan," ujar dia.

Ustaz Herman berharap kegiatan itu bisa membantu membangkitkan semangat penyintas perlahan-lahan. Menurut dia, semakin penyintas Muslim dekat dengan Allah SWT, mereka akan tergerak melakukan berbagai aktivitas positif. 

"Sehingga perlahan mereka kembali, dan mudah-mudahan lebih baik dari masa-masa sebelumnya," kata dia.

Ustaz Heman menuturkan, kegiatan rutin yang biasa dilakukan mushala darurat adalah shalat berjamaah. Namun, Dompet Dhuafa menjoba membuat kegiatan yang lebih besar.

"Kita coba untuk menarik perhatian masyarakat termasuk melibatkan anak-anak, nanti kita bikin periodisasi entah itu dua pekan sekali di masjid, agar masyarakat seiman ramai dengan kegiatan kita bersama," tutur dia.

Salah satu penyintas jamaah mushala darurat sementara, Surni Yonti Laparia berharap penyintas Muslim semakin tergerak untuk meramaikan masjid. "Banyak juga masyarakat di sini buat taklim," kata dia.

Surni berharap kegiatan zikir dan tabligh akbar ini bisa menyadarkan masyarakat makna dan hikmah bencana. Serta, menjadi ajang instropeksi diri. "Jadikan pembelajaran semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, menyadari segala sesuatu datangnya dari Allah," ujar dia.

Penyintas jamaah mushala darurat lainnya, Yusuf memandang bencana yang melanda Palu akibat Allah merasa cemburu karena dinomor duakan umatnya. Dia berharap masyarakat bisa memetik pelajaran dari bencana alam tersebut.

"Kami tak menyalahkan orang," kata Yusuf.

Koordinator Dompet Dhuafa di Sulteng Abdul Azis menjelaskan mushala darurat sementata biasa dimanfaatkan untuk kegiatan shalat lima waktu, ceramah, pertolongan pertama psikologis (PFA). Kegiatan juga dilakukan dengan kolaborasi antardevisi Dompet Dhuafa, seperti psikolog dan dai.

Azis mengatakan salah satu kendala mushala darurat sementara hanya ukurannya yang kurang besar. Dia menjelaskan, mushala hanya berukuran 12x5 meter dan mampu menampung 200 orang. Mushala hanya terdiri dari terpal untuk dinding dan atap, karpet plastik untuk alas, pengeras suara, mik, dan lampu tenaga surya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement