REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Perlahan aktivitas masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah mulai berangsur pulih. Salah satunya adalah pedagang di pinggiran Pantai Talise, Palu.
Pedagang mulai menggelar dagangan di Pantai Talise. Salah satu pedagang, Isdar mulai menjajakan kacang rebus sejak tiga hari lalu. Dia menggelar dagangannya di sekitar Patung Kuda atau Monumen Anjungan Palu Nusantara atau di depan Hotel Palu Golden.
"Kita lihat mulai banyak aktivitas to makanya kita berani jualan," kata dia, Senin (29/10).
Isdar mulai berdagang sejak sore hingga sekitar pukul 19.00 WITA. Namun pada Senin (29/10), dia memberanikan diri bertahan di pinggiran pantai hingga pukul 21.00 WITA. Dia menutup dagangannya lantaran gerimis mulai turun. Isdar menjajakan dagangan di atas sepeda motor hitam.
Dia mendapat bantuan dari salah satu lembaga swadaya masyarakat berupa kompor, gas, dan gerobak. Menurut dia, bantuan modal seperti itu sangat dibutuhkan warga.
"Tak mungkin di pengungsian, terus mengharap bantuan. Kita mulai mandiri," ujar dia.
Terkait banyak sedikitnya pelanggan, Isdar tidak mempermasalahkan. Sebab, dia memahami masyarakat masih berbenah pascabencana gempa, tsunami, dan likuefaksi pada 28 September 2018. Pun dirinya juga berstatus penyintas yang menumpang di rumah kerabat. Rumahnya yang berada di seberang pantai, hancur di terjang tsunami. Dia menjajakan kacang rebus seharga Rp 10 ribu per ukuran kaleng margarin.
Sebelum bencana, Isdar dan rekan-rekan lainnya biasa berjualan di Pantai Talise. Dia menjadi saksi bagaimana air laut mulai naik pada 28 September lalu. Isdar yang tidak sempat melarikan diri, tergulung tsunami bersama rekan pedagang lainnya.
Saat ini, suasana pantai sangat gelap. Tidak ada lampu yang menyala di seberang pantai. Cahaya hanya datang dari lampu-lampu kendaraan, lampu pedagang, dan tim pembersihan puing. Jalanan pantai sudah bersih dari reruntuhan atau sampah. Terkadang, pengendara harus menggunakan satu lajur karena yang lainnya terbelah atau hancur.