REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Raksasa teknologi asal Korea Selatan Samsung Electronics Co Ltd membukukan rekor laba kuartalan pada Rabu (31/10). Laba memenuhi ekspektasi berkat penjualan semikonduktor hingga pusat data dan hasil produksi yang lebih tinggi.
Dilansir Reuters, Rabu (31/10), pembuat chip memori dan smartphone terbesar di dunia ini mengatakan, laba operasional meningkat 21 persen dari tahun lalu menjadi 17,6 triliun won Korea (15,5 miliar dolar AS) pada periode Juli-September, sejalan dengan estimasi perusahaan.
Namun, pihak Samsung memperkirakan akan terjadi penurunan pendapatan kuartal-ke-kuartal pada kuartal keempat. Sebab, pasar chip memori memasuki periode musiman yang lemah menjelang kenaikan harga pada 2019.
Dengan melemahnya harga chip, beberapa analis memperkirakan kuartal ketiga ini akan menjadi puncak pendapatan bagi Samsung Electronic. Pertumbuhan laba akan kembali terjadi pada kuartal berikutnya di tahun depan, di mana permintaan chip akan naik kembali dan bisnis Samsung kembali stabil.
Bisnis chip diketahui menyumbang 78 persen dari laba operasional Samsung. Namun, efisiensi dan pemotongan biaya dalam bisnis chip ini diperkirakan akan membantu laba Samsung tak jatuh begitu keras pada awal 2019 mendatang.
Laba operasional bisnis semikonduktor Samsung naik 3,7 persen secara year on year (yoy) pada akhir September lalu menjadi 13,7 triliun won Korea. Tetapi, bisnis mobile Samsung turun satu persen menjadi 2,2 triliun won Korea.
Dalam pernyataan resminya, Rabu (31/10), Samsung menyebutkan bahwa penjualan smartphone terbilang datar. Sebab, terjadi penurunan penjualan produk menengah ke bawah miliknya. Laba juga terpangkas akibat naiknya biaya promosi dan dampak nilai mata uang.
Sebelumnya, pengamat juga menilai, Samsung masih berusaha memperluas penjualan dengan mencari peluang bisnis baru sembari menikmati permintaan musiman yang kuat. Meski chip berkontribusi 80 persen dari laba kuartalan, Samsung tetap butuh diversifikasi portfolio untuk menghindari kemungkinan buruk di tengah jalan. Sementara itu, bisnis ponsel diperkirakan akan membukukan kinerja yang lebih lemah dibanding tahun sebelumnya.
Dilansir Yonhap News Agency, Jumat (5/10), analis lokal memperkirakan, Samsung meraih sekitar 2,3 triliun won atau 2 miliar dolar AS dalam laba operasionalnya dari divisi IT dan mobile. Ini menandai penurunan pajak dari sekitar 3,3 triliun won Korea (2,9 miliar dolar AS) yang dirilis perusahaan pada periode sama tahun lalu.
Sebelumnya, Samsung meluncurkan Galaxy Note 9 pada Agustus. Tapi, persaingan di pasar global, terutama oleh Cina, menjadi beban besar bagi Samsung. Hana Financial Investment memperkirakan, pengiriman Galaxy Note 9 mencapai 1,38 juta unit pada bulan pertama, atau sektiar 65 persen dari pengiriman Galaxy Note 8 pada tahun sebelumnya.
Penurunan penghasilan diiringi dengan peningkatan biaya produksi dan pengeluaran lain, termasuk dalam hal pemasaran. Pengamat industri berharap, Samsung dapat merevitalisasi bisnis ponsel pintar dengan merilis jaringan 5G dan model lipat pada tahun depan. Samsung juga harus mengantisipasi menghadapi perkiraan sedikit penurunan laba pada kuartal keempat akibat perubahan harga global chip memori.
Secara keseluruhan tahun 2018, Samsung diperkirakan meraup profit 65 triliun won atau 58 miliar dolar AS, mengalahkan pencapaian tahun lalu, yakni 53,6 triliun won atau 47 miliar dolar AS. Saham Samsung Electronics diperdagangkan pada 45.300 won pada pukul 09.23 waktu setempat, naik 1,34 persen dari sesi sebelumnya.