REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah Lembaga Kemanusiaan Nasional, yang tergabung dalam Indonesian Humanitarian Alliance, mencoba memaknasi hari sumpah pemuda, dengan kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan dari Masyarakat etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar.
Bantuan kemanusiaan dan pembangunan melalui program yang bertajuk “Humanitarian Assistance for Sustainable Community” atau disingkat HASCO ini berfokus pada pemenuhan layanan dasar untuk menunjang keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat Rohingya di Myanmar melalui pemberian dukungan layanan Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan Relief.
Program Pendidikan dan Ekonomi yang sudah direncanakan IHA di Rakhine sempat tertunda penyalurannya selama 1 tahun ini, hal ini dikarenakan situasi keamanan di wilayah Rakhine yang sempat kembali meningkat paska konflik horizontal yang kembali terjadi pada 25 agustus 2017 tahun lalu.
Untuk mengisi kekosongan selama 1 tahun terbut, IHA juga tetap menyalurkan bantuan pangan dan non-pangan, memalui program relief. Untuk Program Pendidikan akan diawali dengan akan pembangunan permanen fasilitas Pendidikan sebanyak 10 unit Sekolah umum, 3 madrasah dan renovasi 2 sekolah pemerintah di 2 township (setingkat-kecamatan) yaitu Kyauk Taw Township dan Mrauk U Township.
Program Pendidikan ini, tidak hanya berupa pembangunan fisik, namun juga pemberian fasilitas pendukung Pendidikan, fasilitas belajar anak dan pelatihan bagi tenaga pengajar. Diharapkan program ini dapat diselesaikan dalam waktu 1 tahun, sebelum sepenuhnya kita serahkan kemasyarakat.
“Sebagai bentuk inklusifitas dukungan kemanusiaan ini, penerima manfaat dari bantuan kemanusiaan IHA, tidak hanya berasal dari Komunitas Muslim Rohingya, namun juga masyarakat etnis Rakhine yang mayoritas beragama Budha, yang urut terdampak akibat konflik. Diharapkan dengan dukungan kepada kedua belah pihak dapat medorong terjadinya rekonsiliasi kedepannya,” ungkap keterangan tertulis IHA.
Secara simbolis rencana pembangunan 10 unit Sekolah, 3 Madrash dan Renovasi 2 sekolah dilaksanakan pada 28 Oktober 2018, sekaligus memperingti hari Sumpah Pemuda ini dilakukan dalam kegiatan peletakan batu pertama oleh Program Manager IHA, Surya Rahman M bersama sejumlah pimpinan lembaga anggota IHA, diantaranya ; Muhammadiyah Aid, DT Peduli, Laznas LMI, Nurul Hayat, YDSF, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Laznas DDII. Program kemanusiaan ini juga mendapatkan dukungan dari PKPU HI dan STF UIN.
Selama kunjungan di Rakhine State, Surya Rahman bersama Sejumlah pimpinan lembaga anggota juga melihat secara langsung sejumlah fasilitas pendidikan di beberapa kampung muslim di Myanmar.
Menurut Surya, kondisi sekolah yang dimiliki masyarakat sangat memperihatinkan, khsusnya komunitas muslim, Konflik di Rakhine State pada tahun 2012, yang dikarenakan pembatasan akses bagi kelompok muslim.
Untuk dukungan ekonomi, IHA dan anggotanya dalam waktu dekat juga akan membangun sejumlah fasilitas umum lainnya berupa pembangunan lapak untuk pasar rakyat dan pembangunan fasilitas balai latihan kerja (training centre).
“Meski demikian, program IHA juga harus memperhatikan kebelajutannya bagi masyarakat, sehingga IHA tidak hanya berfokus pada pendidikan saja, namun juga layanan kesehatan dan dukungan ekonomi”, sambung Surya.
Di kesempatan yang sama ,Surya juga menyampaikan, “bahwa keprihatinan kami, bagi saudara-sardara kita yang tertimpa bencana di NTB dan Sulawesi Tengah, dan dukungan bagi etnis Rohingya, juga tidak melupakan penderitaan saudara kita di tanah air, sehingga program ini merupakan menjalankan amanah dari masyrakat Indonesia yang sudah lama tertunda”.
Hingga saat ini, seluruh anggota IHA juga masih menjalankan program kemanusiaan di NTB dan Sulawesi Tengah.
IHA yang merupakan kolaborasi organisasi dan lembaga masyarakat sipil Indonesia telah berkomitmen untuk melaksanakan program selama 2 tahun dengan nilai total komitmen kurang lebih 26 Milyar Rupiah.
Program ini akan fokus pada sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, pangan dan non pangan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak konflik di Rakhine State, Myanmar. Diharapkan program IHA ini akan berdampak jangka panjang dan mendukung proses rekonsiliasi antar komunitas di Rakhine State, Myanmar.