REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Fotografer satwa di Gorontalo, Rosyid Azhar, menilai Gorontalo berpotensi menjadi destinasi wisata pengamatan burung yang menjanjikan.
Menurutnya bentang alam Gorontalo mulai dari Selatan hingga Barat, memiliki keanekaragamanhayati yang tinggi termasuk spesies burung. Ia mencontohkan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang sebagian kawasannya berada di Gorontalo, menjadi habitat burung endemik Sulawesi yakni Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo).
"Tidak banyak kawasan di Pulau Sulawesi yang menjadi tempat hidup burung Maleo, karena burung ini memiliki syarat khusus untuk menyimpan telurnya. Wisatawan akan sangat tertarik," ungkap Rosyid di Gorontalo, Rabu (31/10).
Kawasan lainnya yang berpotensi besar untuk pengamatan burung adalah Danau Limboto, Cagar Alam Panua, dan Suaka Margasatwa Nantu. Jenis burung endemik lainnya seperti Julang Sulawesi, menurut Rosyid, dapat ditemukan di kawasan-kawasan tersebut.
"Danau Limboto misalnya, meski danau tersebut terus mengalami pendangkalan dan penyusutan luas tapi keragaman burungnya cukup tinggi," ujarnya.
Sebanyak 94 spesies burung penetap dan migran terdata hidup di Danau Limboto. Data itu berdasarkan pengamatan perkumpulan yang konsentrasi pada keanekaragamanhayati Biodiversitas Gorontalo.
Jenis penetap misalnya Itik Benjut (Anas gibberifrons), Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis), Bambangan Merah (Ixobrychus cinnamomeus) dan Cangak Merah (Ardea purpurea). Sedangkan jenis migran di antaranya burung Gajahan Kecil (Numenius minutus), Cerek Asia (Charadrius veredus), Trinil Lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus), dan Terik Australia (Stiltia isabella)
Hal yang harus dilakukan pemerintah daerah, kata dia, adalah mendorong masyarakat lokal dalam praktik ekowisata dan memproteksi kawasan tersebut dari ancaman kerusakan.