REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Solo menghentikan operasional dua instalasi pengolahan air (IPA) dikarenakan pencemaran di Sungai Bengawan Solo. Pencemaran air dinilai sangat pekat sehingga air baku dari Sungai Bengawan Solo tidak bisa diolah. Untuk mengantisipasi hal ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengoperasionalkan kembali empat sumur dalam sebagai solusi sementara.
Sedikitnya 12 ribu pelanggan PDAM terkena dampak dari penghentian operasional dua IPA yang terletak di Jebres dan Jurug tersebut. Sungai Bengawan Solo menjadi sumber air baku operasional dua IPA tersebut.
Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan, pemkot akan mencoba mengoperasionalkan kembali sumur dalam yang sempat dinonaktifkan. Sumur dalam tersebut antara lain berlokasi di Jurug, Jebres dan Pedaringan.
"Namun ini tidak bisa memenuhi semua, baru bisa menyuplai 40 persen (pelanggan yang terdampak)," kata Rudy, sapaan akrabnya, kepada wartawan di Balai Kota Solo, Rabu (31/10).
Di samping itu, PDAM juga mengoperasikan bantuan mobil tangki ke sejumlah titik untuk menyuplai kebutuhan air bagi pelanggan terdampak. Hal tersebut menjadi solusi jangka pendek.
Solusi yang diharapkan berupa penggelontoran air dari Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dipastikan tidak bisa direalisasikan. Hal itu karena debit air di waduk tersebut terbilang kecil. "Kalau seperti ini kita tinggal minta sama Tuhan. Kemarin yang Muslim sudah shalat minta hujan, yang Kristen sama Katolik juga berdoa minta hujan," ujarnya.
Humas PDAM Solo, Bayu Tunggul, menyatakan operasional sumur dalam tidak bisa menjangkau terlalu banyak pelanggan. Sebab, debitnya juga minim.
Saat ini, terdapat 21 titik sumur dalam. "Itu pun debitnya kecil, hanya lima liter per detik sampai 30 liter per detik. Sedangkan air dari Sungai Bengawan Solo bisa ratusan liter per detik," ungkapnya.