REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geliat dakwah terus diperkuat organisasi Islam di Malawi. Kritik yang sempat menerpa dibalas dengan kinerja profesional.
Mereka menggerakkan segenap daya dan upaya melalui berbagai program sosial dan keumatan. Misalnya, seperti yang dilakukan Biro Informasi Islam dengan menyediakan sepeda untuk mengatasi persoalan transportasi di lingkungan pekerja Muslim.
Madina Social Servica membuka klinik umum yang berlokasi sekitar delapan kilometer di luar kota Blantyre. Fasilitas kesehatan ini tak hanya melayani umat Muslim tapi juga non-Muslim. Kegiatan serupa dilakukan oleh pengelola Assalam Clinic di distrik Mangochi.
Organisasi Bilal Trust, Munadhamat Da'wah Islamiyah (MDI), juga membuka sarana medis bagi komunitas Muslim dan non-Muslim di beberapa wilayah. Seperti dijelaskan Syekh Dinala Chabulika, ketua Biro Informasi Islam, penyediaan sarana kesehatan terutama diarahkan ke kawasan pedesaan dan permukiman padat penduduk.
"Kita juga memberikan bantuan fasilitas air bersih, sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat," paparnya pada laman islamonline. Terobosan penting dilakukan sebagian organisasi dengan memberikan layanan klinik berjalan.
Baca: Ormas Islam di Malawi Diminta Perkuat Kualitas
Seluruh kegiatan harus dikoordinasikan dengan MAM. Ini menghindari saling tumpang tindih. Untuk mempercepat akselerasi maupun pembinaan sumber daya manusia, MAM berencana mengirimkan tenaga relawan organisasi ke luar negeri untuk mengikuti pelatihan bidang kesehatan.
Dengan bekal pengetahuan yang diperoleh, mereka akan mampu memperkuat aspek pelayanan, kata Altaf Gani, ketua World Association for Friend of Africa (WAFA).
Organisasi lain yakni al-Barakah Charity punya program berbeda. Mereka membantu membangun sistem pendidikan di sejumlah perguruan tinggi Islam. Mereka berusaha menyiapkan lulusan yang siap pakai di pasar kerja.
Peran signifikan juga disumbangkan oleh kalangan masjid. Masjid merupakan sarana peribadatan, namun turut memberi andil di berbagai bidang. Antara lain, penyediaan sarana air bersih, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Sebagian besar masjid di Kota Blyntare maupun Lilongwe pun telah memiliki sumur air. Warga lokal dengan antusias memanfaatkan fasilitas ini tanpa dipungut biaya sepeser pun. Di samping itu masjid juga dilengkapi fasilitas kesehatan dan pendidikan agama.
Persoalan sosial kemasyarakatan, terutama tingginya tingkat kriminalitas ikut menjadi perhatian pengurus masjid. Tak ingin semakin berlarut-larut, mereka aktif membina aspek mental dan akidah. Juga terlibat dalam forum komunikasi masyarakat di bawah koordinasi aparat keamanan lokal.
Hal penting lainnya yang dilakukan adalah dengan membangun situasi kondusif di masyarakat. Dialog antarumat menjadi syarat utama. Di sini, masjid serta organisasi keagamaan saling bersinergi dengan sejawatnya di komunitas umat non-Muslim.
Bashir Amin, ketua Swaliheena Muslim Youth memberikan apresiasi terhadap kesediaan masing-masing umat agama dalam membangun saling pengertian. Komitmen ini harus dijaga bersama sehingga tercipta stabilitas di tingkat komunitas, tegasnya.
Tidak tertutup kemungkinan mereka menggelar kegiatan sosial bersama. Amin mengatakan, agama Islam mengajarkan pentingnya kebersamaan, termasuk dengan pemeluk agama di luar Islam, demi memperkokoh koeksistensi dan toleransi.