REPUBLIKA.CO.ID, SANFRANCISCO -- Ratusan karyawan Google dan kontraktor mereka melakukan mogok kerja sementara. Mogok kerja ini sebagai bentuk protes mereka atas keluhan seksisme, rasisme ,dan kekuasan para eksekutif yang tidak diawasi.
Ribuan pegawai Google di seluruh dunia diperkirakan akan melakukan hal yang sama. Pada surat pernyataannya, para pekerja ingin induk perusahaan Google yakni Aphabet untuk menambah perwakilan karyawan dalam dewan direksi dan membagikan data pay-equity internal.
Pay-equity adalah kesetaraan upah atau gaji antara pekerja perempuan dan pria maupun pekerja mayoritas dan minoritas. Karyawan Google juga meminta praktik sumber daya manusia Google diubah agar tuduhan pelecehan yang ditujukan kepada pemimpin perusahaan dapat diproses lebih adil lagi.
"Para karyawan menyuarakan ide konstruktif, perusahaan akan memberikan memberikan jawaban sehingga kami bisa mewujudkan ide ini menjadi tindakan," kata Chief Executive Officer (CEO) Google, Sundar Pichai dalam pernyataannya, Kamis (1/11).
Ketidakpuasan lebih 94 ribu karyawan Alphabet dan sepuluh ribu kontraktor tidak mempengaruhi saham perusahaan tersebut. Tapi para karyawan berharap Alphabet akan sulit melakukan perekrutan dan retensi jika permintaan mereka tidak dipenuhi.
Protes itu setelah surat kabar Amerika Serikat (AS) New York Times menerbitkan laporan tentang tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan salah satu eksekutif Alphabet, Andy Rubin. Menurut New York Times, Google membayar pendiri Android tersebut sebesar 90 juta dolar AS agar ia keluar dari perusahaan tersebut pada 2014 lalu.
Rubin membantah semua tuduhan dalam laporan tersebut. Menurutnya, laporan New York Times dilebih-lebihkan. Tapi, Google tidak membantahnya sama sekali.
Laporan tersebut menjadi energi penggerak dalam internal Google untuk meningkatkan keragaman, perlakukan terhadap perempuan, dan minoritas. Hal itu sekaligus memastikan perusahan tersebut mempertahankan motto mereka 'jangan jahat'.
Pada awal tahun ini pergerakan untuk memperbaiki manajemen dilakukan secara internal. Hal itu mulai dari membuat petisi, sesi tukar pikir dengan para pimpinan perusahaan, dan pelatihan hak pekerja yang digelar oleh Coworker.org.
Para pekerja mengunggah mogok kerja mereka di media sosial. Mereka juga menyapaikan orasi di ruang publik. Sejak berdirinya Google dua dekade lalu, perusahaan itu terkenal transparan dengan karyawannya. Tujuan dan langkah para eksekutif dapat diakses oleh setiap karyawan mereka.