Jumat 02 Nov 2018 06:01 WIB

Praktisi Wisata Indonesia Belum Melirik Segmen Wisata Halal

Perkembangan wisata halal di Indonesia bergantung pada tiga hal.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andi Nur Aminah
Sekjen Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Imaduddin Indrissobir (kiri), saat di Studio Republika TV, Kamis (1/11).
Foto: Fafa/Republika
Sekjen Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Imaduddin Indrissobir (kiri), saat di Studio Republika TV, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pariwisata halal global memiliki potensi yang sangat besar, dengan kapitalisasi pasar sebesar 1,3 triliun dolar AS. Namun, potensi yang besar ini belum banyak dilirik oleh praktisi wisata di Indonesia.

Sekjen Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Imaduddin Indrissobir menjelaskan, dari kapitalisasi pasar sebesar 1,3 triliun dolar AS, sebanyak 151 miliar dolar AS didorong dari pasar negara-negara Muslim. Angka tersebut di luar umrah dan haji yang sebesar 17 miliar dolar AS. Jumlah ini hampir setara dengan pasar Cina yang sebesar 168 miliar dolar AS, menurut data Thompson Reuters.

"Leisure industry besarnya delapan kali lipat dari umrah dan haji. Tapi lebih banyak pelaku usaha yang menyasar ke haji dan umrah. Ini potensi besar yang belum digarap," kata Imaduddin kepada Republika.co.id, Kamis (1/11).

Timur Tengah menjadi incaran bagi para pelaku industri wisata halal, dengan konsumsi wisata yang mencapai 80 miliar dolar AS. Dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia harus dapat memanfaatkan potensi tersebut.