REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif menyatakan aksi bela tauhid kedua yang digelar di Jakarta akan menyampaikan beberapa tuntutan. Salah satunya, menuntut pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan resmi bahwa bendera tauhid adalah bendera Rasulullah Saw bukan bendera ormas apapun. Sehingga tidak boleh dinistakan oleh siapapun.
Tuntutan lainnya adalah meminta penegak hukum untuk memproses hukum semua pihak yang terlibat dalam pembakaran bendera tauhid, baik pelaku maupun aktor intelektual yang mengajarkan dan mengarahkan. Termasuk juga menebar kebencian utk memusuhi Bendera Tauhid. "Mengimbau kepada semua umat Islam Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan tidak mudah diadu domba oleh pihak manapun," kata dia.
Selain itu, juga meminta Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta maaf kepada umat Islam. Namun permintaan maaf ini harus atas pembakaran bendera tauhid di Garut, bukan alasan berbuat kegaduhan atau lainnya. "PBNU wajib meminta maaf kepada umat Islam atas pembakaran bendera tauhid yang di lakukan oleh anggota Banser di Garut dan PBNU harus bersih dari liberal dan aneka paham sesat menyesatkan lainnya," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (2/11).
Pada Jumat (2/11) ini massa aksi bela Tauhid kembali berunjuk rasa di kawasan Monas. Unjuk rasa ini menjadi yang kedua kalinya setelah dilakukan pada beberapa pekan lalu. Mereka beraksi terkait pembakaran bendera bertuliskan syahadat di Garut.