REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Peserta Aksi Bela Tauhid memenuhi bundaran Patung Kuda, Jakarta, pada Jumat (2/11) siang. Massa membawa berbagai atribut lengkap, seperti bendera, ikat kepala, serta topi bertuliskan kalimat tauhid.
Aksi Bela Tauhid dimulai dengan doa bersama. Peserta aksi diajak untuk memanjatkan doa bagi korban bencana alam di berbagai daerah. Doa bersama dipimpin KH Abdurrahman Rafiq Assyafi'i.
Doa tersebut dikhususkan bagi korban bencana alam, mulai dari bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, hingga doa bersama untuk korban insiden kecelakaan pesawat Lion Air PQ-LPQ dengan nomor penerbangan JT-610.
"Yang berpulang ke rahmatullah mulai dari Lombok, NTB, Donggala, Palu dan juga korban musibah Lion Air, dan banjir bandang di berbagai wilayah semoga diterima oleh Allah SWT," ujar Abdurrahman saat memimpin doa bersama.
Setelah memanjatkan doa, peserta aksi bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" sebagai wujud kecintaan terhadap Tanah Air. Peserta pun turut mengibarkan bendera merah putih dalam aksi tersebut.
Aksi kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan orasi dari beberapa ulama dan tokoh dalam kegiatan tersebut. Rencananya, sejumlah ulama dan tokoh akan mendatangi Istana untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, Ketua Umum PA 212 Slamet Ma'arif mengatakan, ada beberapa poin yang akan disampaikan sebagai tuntutan GNPF Ulama dan PA 212. Di antaranya, yakni menuntut dikeluarkannya pernyataan resmi dari Pemerintah Republik Indonesia bahwa bendera tauhid adalah bendera Rasulullah SAW, bukan bendera ormas apa pun, sehingga tidak boleh dinistakan oleh siapa pun.
Selain itu, GNPF Ulama dan PA 212 juga menuntut kepada penegak hukum untuk memproses hukum semua pihak yang terlibat dalam pembakaran bendera tauhid. Baik pelaku maupun aktor intelektual yang mengajarkan dan mengarahkan serta menebar kebencian untuk memusuhi bendera tauhid.
GNPF Ulama dan PA 212 juga mengimbau kepada semua umat Islam Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan tidak mudah diadu domba oleh pihak manapun. Serta meminta PBNU agar meminta maaf kepada umat Islam atas pembakaran bendera tauhid yang dilakukan oleh anggota Banser di Garut.