REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham
Bidadari adalah kenikmatan surga yang Allah berikan kepada orang-orang saleh yang senantiasa berada dalam jalan takwa dan menjaga dirinya dari fitnah dunia. Bidadari adalah kerinduan yang terbalas bagi orang-orang yang mengimani Allah dan hari akhir kelak nanti di surga.
Bidadari adalah kesempurnaan harapan pemuda Muslim yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, ketika di dunia tidak mendapa tinya, di akhirat akan selalu bersama mendampinginya. Ia adalah wujud fisik yang sempurna dari sebuah arti tentang paras dan kecantikan serta tentang jelita dan keterpesonaan.
"Kalau seandainya seorang wanita surga muncul di dunia maka dia akan menyinari antara bumi dan langit, dan akan memenuhi aroma yang semerbak antara bumi dan langit, dan sungguh kerudung nya lebih baik daripada dunia dan seisinya," sebut Rasulullah saat memberi narasi tentang bidadari surga, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Sungguh, akal kita tak mampu menggambarkan keindahan bidadari yang dilukiskan Rasulullah. Bidadari yang menyinari dunia tentu tak sama dengan matahari yang sinarnya masih terbatas jarak dan menggelapkan sebagian wilayah bumi.
Bidadari diciptakan tanpa celah. Tiada bandingannya jika bersanding dengan wanita-wanita dunia karena bidadari surga tak memiliki masa yang memudarkan kecantikannya. Ia senantiasa berada pada usia belia, sebagaimana firman Allah yang artinya, "Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan jelita." (QS ar-Rahman: 70).
Keanggunan penciptaan pada bidadari tak lekas menghilangkan kecemburuannya pada perempuan salehah yang ada di dunia. "Ya Rasulullah, beritakanlah kepada kami, mana yang lebih utama di surga, wanita di dunia ataukah bidadari surga?" tanya Ummu Salamah Radhiyallah 'anha kepada Rasulullah SAW.
Pertanyaan salah satu istri Rasulullah SAW yang setia lagi cerdas ini boleh jadi mewakili pertanyaan semua kaum Hawa yang telah berdedikasi baik dalam hidupnya. Jawaban Rasulullah SAW sangat membahagiakan para ummahaat. "Perempuan dunia ketika di surga akan sangat lebih utama daripada bidadari surga karena shalat, puasa, dan ibadah yang dilakukannya."
Kabar ini tentu saja membuat setiap wanita menjadi senang dan lebih ingin memperbaiki dirinya agar bisa membuat para bidadari surga cemburu karena kesalehahannya. Imam Thabrani meriwayat kan sebuah hadis panjang dari Ummu Salamah, "Ya Rasulullah, jelas kan padaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang ber ma ta jeli.…" Beliau menjawab, "Bidadari itu kulitnya begitu bersih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau bak sayap burung Nasar."
Ummu Salamah yang mempunyai nama asli Hindun binti Hudzaifah ini berkata lagi, "Jelaskan padaku ya Rasulullah tentang firman-Nya, 'Laksana mutiara yang tersimpan baik....'" Beliau menjawab, "Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di keda laman lautan, tak pernah tersentuh tangan manusia."
Ia bertanya lagi, "Ya Rasulullah jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah, 'Di dalam surga itu terdapat bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik...'" Beliau menjawab, "Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita."
Ummu Salamah bertanya lagi, "Jelas kan padaku firman Allah, 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan baik….'" Beliau menjawab, "Kelembutan nya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung dari bagian luarnya, atau yang biasa disebut putih telur."
"Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari bermata jeli?" Beliau menjawab, "Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang tampak dari apa yang tidak terlihat."
Rasulullah SAW menjelaskan, "Karena shalat, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, 'Kami hi dup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama se kali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Ka mi ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berba ha gialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.'"Wallahu A'lam.