Jumat 02 Nov 2018 20:43 WIB

Aksi 211 Dianggap Politis, Ini Kata PA 212

Ketua PA 212 menjawab santai tudingan yang mengatakan aksi 211 bermuatan politis.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Tim 11 Alumni 212 - Slamet Maarif
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anggota Tim 11 Alumni 212 - Slamet Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif menganggap santai tudingan yang menyebut adanya politisasi dalam Aksi Bela Tauhid yang digelar pada Jumat (2/11). Bagi dia, pihaknya saat ini hanya ingin berjuang membela kalimat tauhid.

"Kami sedang berjuang membela kalimat tauhid untuk tetap tegak di Indonesia. Anggapan yang membenci kami biarin saja," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (2/11).

Ditanya soal beredarnya foto yang memuat atribut stiker Prabowo-Sandi yang menempel di kendaraan dan cap Prabowo-Sandi pada nasi bungkus, Slamet mengatakan sampai saat ini belum menerima laporan terkait itu. "Kalau pun ada, itu pihak-pihak yang mau ambil kesempatan saja, bukan dari penyelenggara aksi," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menuturkan kasus pembakaran bendera telah selesai dan tak perlu diperpanjang lagi. Apalagi Polri juga sudah memproses hukum pembawa dan pembakar bendera berlatar hitam bertuliskan kalimat tauhid di Garut.

"Ya saya ulangi lagi, bahwa semua sudah clear sudah PBNU dan Muhammadiyah sudah bikin rilis juga, sudah islah. Tuntutan penegakan hukum sudah dilakukan, dua-duanya diproses. Sekarang tuntutannya apa," kata Setyo Kamis (1/11).

Muhammadiyah pun mengimbau kepada warganya untuk tidak ikut dalam Aksi Bela Tauhid II. Muhammadiyah memandang, ada gejala politisasi dalam rentetan aksi yang disebut membela bendera kalimat tauhid itu.

"Warga Muhammadiyah hendaknya mematuhi imbauan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk tidak turun ke jalan. Muhammadiyah melihat gejala politisasi di balik aksi bela kalimat tauhid," ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti Jumat (2/11) ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement