Sabtu 03 Nov 2018 00:14 WIB

Lomba Nyongkolan Ramaikan Kirab Pemuda Nusantara

Kirab bertujuan membangkitkan pembangunan kepemudaan

Rep: Fitriyanto/ Red: Hazliansyah
Tradisi Nyongkolan
Foto: Ilustrasi
Tradisi Nyongkolan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari seribu peserta mengikuti lomba Nyongkolan. Lomba budaya Lombok ini digelar untuk meramaikan Kirab Pemuda 2018 Zona Merauke.

Para peserta kirab dilepas dari lapangan Mareje Gerung dan berjalan menuju Bencingah Agung Giri Menang-Gerung. Iring-iringan diawali paskibra sebanyak 27 orang membawa bendera merah putih. Selanjutnya disusul peserta kirab yang diiringi  oleh 20 org anggota Pramuka.

Kirab ini sendiri ditujukan untuk membangkitkan pembangunan kepemudaan dengan melintasi antar pulau se-Indonesia. Saat ini Lombok Barat menjadi titik singgahnya.

Sekda Lobar, H.M. Taufiq menyampaikan ucapan terima kasih atas dipilihnya Lobar sebagai salah satu titik singgah kirab tahun ini. Ia berharap momentum ini bisa jadi ajang kebangkitan Lombok.

"Meski kena gempa, hilang rumah, tapi semangat tidak boleh hilang (semangatnya). Kita harus buktikan bahwa Lombok sudah aman," ujar Taufiq, Jumat (2/11).

Sementara itu Sekda Nusa Tenggara Barat (NTB), Rosiadi menegaskan meski daerahnya pada beberapa bulan lalu diterjang gempa yang begitu dahsyat. Namun saat ini masyarakat Lobar dan NTB telah bangkit. Selain itu, tempat wisata di NTB, kata dia sudah aman dan telah siap menyambut kedatangan para wisatawan.

"(NTB) Pulaunya begitu indah. Pantainya yang begitu indah seperti pantai Mandalika, (Mandalika) itu adalah destinasi wisata dunia. Karena yang datang kesana adalah orang-orang dari seluruh dunia," katanya.

Dia juga berharap agar peserta Kirab Pemuda Nusantara itu nantinya berkeliling ke berbagai tempat wisata di seluruh NTB dan mengabarkannya melalui sosial media seperti, Instagram, Facebook dan Twitter. "Sebarkan ke seluruh penjuru dunia bahwa Lombok ini indah dan aman dikunjungi," ujarnya.

Dilokasi yang sama, Menpora yang diwakili Asisten Deputi Bidang Peningkatan Kreativitas Pemuda, Junaidi M.Si mengatakan bahwa budaya nyongkolan senafas dengan kegiatan kirab pemuda nusantara 2018. Budaya nyongkolan itu, kata dia, perlu dipertahankan ditengah maraknya budaya asing. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga tradisi asli daerah tersebut.

"Saya pikir (Nyongkolan) ini kearifan lokal yang perlu dipertahankan yang perlu diwariskan kepada generasi muda," katanya.

Djunaidi berpesan kepada generasi muda NTB untuk tetap semangat dan cepat bangkit.

"Ini (gempa bumi) merupakan cobaan yang harus diatasi bersama. Kita yakin cobaan tuhan takkan melampaui kekuataan kita," katanya.

Sekedar informasi, kirab Pemuda Nusantara 2018 ini dilaksanakan sudah 2 tahun. Pesertanya diseleksi secara online dan yang mendaftar lebih dari 11 ribu. Dari jumlah tersebut yang dipilih dalam satu provinsi hanya 2 orang untuk ikut kirab pemuda.

Zona kirab ini sendiri dibagi 2 yaitu Sabang dan Merauke. Masing-masing zona adakan kegiatan di 17 provinsi selama 73 hari. Masing-masing provinsi adakan kegiatan selama 5 hari.

Junaidi berharap kegiatan ini berjalan lancar dan aman dengan prinsip zero accident dan dapat diambil manfaatnya.

"Saya berharap para peserta bisa menjadi kader perubahan. Selain itu bisa makin memperkuat kebhinekaan dan persatuan Indonesia," pungkasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement