Sabtu 03 Nov 2018 13:10 WIB

Mentan Amran Minta Mahasiswa Jadi Agen Perubahan

Kementan telah melakukan perubahan yang diawali dengan revolusi internal

Red: EH Ismail
Mentan Amran Sulaiman saat memberi kuliah umum di hadapan Civitas Akademika Universitas Cokroaminoto, Makassar, Jumat (2/11)
Mentan Amran Sulaiman saat memberi kuliah umum di hadapan Civitas Akademika Universitas Cokroaminoto, Makassar, Jumat (2/11)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta mahasiswa sebagai generasi muda menjadi agen perubahan. Menurut Amran, transformasi di segala bidang adalah sebuah keniscayaan jika ingin berdaya saing.

“Sebagai generasi muda, mahasiswa harus punya semangat untuk maju dan menghasilkan perubahan. Ini yang sudah dilakukan Kementerian Pertanian. Sudah banyak perubahan yang dihasilkan dalam beberapa tahun terakhir ini,” kata Amran saat memberi kuliah umum di hadapan Civitas Akademika Universitas Cokroaminoto, Makassar, Jumat (2/11).

Amran mengatakan, perubahan di Kementan diawali revolusi internal. Terdapat 241 regulasi yang dihapus karena tidak lagi sesuai dengan percepatan pembangunan pertanian. Demikian pula dari sisi anggaran, sekitar Rp800 miliar anggaran perjalanan dinas dan seremonial yang direalokasikan untuk kepentingan petani.

“Kami fokuskan itu untuk membeli bibit, obat-obatan dan mesin untuk petani,” tegas Amran.

Amran menjelaskan, hasil dari perubahan itu sangat signifikan. Dari sebelumnya negara pengimpor pangan, saat ini Indonesia sudah menjadi negara pengekspor pangan. Ada peningkatan ekspor sebesar 24 persen dengan nilai mencapai Rp441 triliun. Selain itu, pemanfaatan teknologi berdampak besar bagi peningkatan produksi pertanian.

“Dengan menggunakan alat dan mesin pertanian, kita bisa menghemat Rp361 triliun. Coba bayangkan, jika menanam padi secara manual, untuk satu hektar saja kita butuh 25 hari. Tapi dengan alsintan, cukup tiga jam saja,” ujar Amran.

Penggunaan alsintan juga bisa menekan angka kehilangan (loses) hasil panen yang sebelumnya bisa mencapai 10 persen. Oleh karena itu, kata Amran, Kementan menggenjot pemanfaatan alsintan hingga mengalami kenaikan mencapai 2 ribu persen. Bahkan saat ini Kementerian Pertanian sudah mengembangkan traktor yang bisa dioperasikan secara otomatis.

“Petani bisa melakukan tanam dan panen dari rumah, semuanya sudah diprogram, tanpa harus dikemudikan sendiri. Jadi sambil bercengkerama di rumah, tanam dan panen tetap bisa jalan,” tuturnya.

Amran mengatakan, salah satu terobosan yang dilakukan di era Pemerintahan Jokowi-JK adalah Asuransi Pertanian. Asuransi ini untuk melindungi petani dari risiko kerugian akibat kegagalan panen karena bencana alam dan serangan hama. Tidak hanya itu, program asurasi juga sudah diperluas ke sektor peternakan, dengan adanya asuransi bagi ternak sapi.

Di sisi lain, Amran juga mengungkapkan sebagai negara agraris, Indonesia punya potensi yang sangat besar, sehingga berani menargetkan untuk menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Ada dua raksasa besar yang sedang dibangkitkan, yakni pemanfaatan lahan rawa dan optimalisasi lahan tadah hujan.

“Ada 10 juta ha lahan rawa yang kita manfaatkan. Caranya, dengan meningkatkan indeks pertanaman. Jika sebelumnya hanya satu kali tanam dalam setahun, dengan segala teknologi yang ada, bisa kita tanam tiga kali dalam setahun,” papar Amran.

Raksasa yang kedua adalah lahan tadah hujan yang hanya bisa dimanfaatkan ketika musim hujan saja. Namun dengan membangun embung, lahan tadah hujan tersebut juga bisa ditingkatkan indeks pertanamannya.    

Amran menekankan mahasiswa mampu menjadi agen perubahan. Mahasiswa diharapkan mampu mengubah keadaan yang ada dengan aneka terobosan dan ide-ide kreatif seperti yang telah dilakukan Kementerian Pertanian.

“Jangan kalah dengan Steve Jobs, bos Apple, atau Mark Zuckenberg yang cuma mahasiswa drop out, tapi bisa jadi konglomerat. Kalian harus punya semangat untuk lebih dari mereka,” kata Amran menyemangati.

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement