REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) Singgih Januratmoko berharap, kebijakan impor jagung yang dilakukan pemerintah dapat menekan harga pakan ternak. Menurutnya, kondisi harga pakan yang mahal membuat biaya produksi meningkat.
"Kalau sudah impor ya harusnya harga (jagung) turun dan otomatis harga pakan akan jadi lebih murah," kata Singgih ketika dihubungi Republika, Ahad (4/11).
Singgih menjelaskan, jagung merupakan komponen penting dalam pakan ternak. Ini karena 50 persen lebih dari pakan ternak baik ayam pedaging maupun petelur terdiri atas jagung.
Dia mengatakan, harga jagung saat ini sudah berkisar di level Rp 5.200 hingga Rp 5.300 per kilogram. Hal itu jauh di atas harga ketetapan pemerintah yang sebesar Rp 4.000 per kilogram.
Hal itu kemudian memicu biaya produksi peternak meningkat. Sementara, peternak menghadapi dilema karena harga ayam tidak bisa naik.
"Itu membuat peternak mengalami kerugian selama tiga bulan ini," kata Singgih.
Selain harga yang mahal, peternak pun kesulitan mendapatkan jagung di pasar. Kelangkaan itu kemudian membuat kualitas pakan ternak menurun.
"Ternak jadi rawan penyakit. Rentetannya karena jagung mahal itu banyak," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah memutuskan untuk membuka keran impor jagung sebesar maksimal 100 ribu ton tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, impor jagung diperlukan untuk membantu peternakan kecil dan menengah.
Dia menyebut, saat ini terjadi kenaikan harga jagung yang merupakan bahan pakan ternak. Usulan impor tersebut, kata Darmin, berasal dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. "Jagung itu harganya kan naik, padahal itu diperlukan, dan Menteri Pertanian mengusulkan ada impor," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (2/11).
Darmin menjelaskan, kebutuhan impor jagung terutama untuk menurunkan biaya pakan ternak. Dia mengatakan, jagung adalah bahan pakan ternak yang dibutuhkan peternak ayam petelur.
"Kalau pedaging itu umumnya makanannya hasil industri. Kalau petelur itu bikin sendiri biasanya," ujar Darmin.
Darmin meminta Perum Bulog untuk bisa segera menjalankan tugas importasi tersebut.