REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Jagung Nasional Tony J Kristianto mengatakan, kondisi produksi jagung di Indonesia pada tahun ini tidak sesuai harapan. Dia mengatakan, provitas atau produktivitas tanaman jagung meleset 50 persen lebih dari harapan. Hal itu menjadi penyebab kelangkaan jagung di pasar.
"Jadi provitasnya berdasarkan perhitungan itu sampai 8 ton dalam sekali tanam. Namun, realisasinya hanya 3 ton," kata Tony ketika dihubungi Republika, Ahad (4/11).
Menurut Tony, kebijakan pemerintah dalam mendistribusikan benih jagung gratis perlu dievaluasi. Dia mengatakan, isu pertama yang perlu dicermati terkait kuantitas benih yang diterima petani. "Benih itu harusnya diterima 18 kilogram tapi jadi hanya 15 kilogram," kata Tony.
Hal itu kemudian membuat populasi jagung jarang dan rentan dikepung gulma. Pupuk yang kurang berkualitas, kata Tony, turut memberikan andil pada turunnya produktivitas jagung tersebut.
"Akhirnya terjadilah kelangkaan jagung," kata Tony.
Tony menegaskan saat ini jagung memang tidak tersedia di pasar. Hal itu sekaligus membantah klaim Kementerian Pertanian terkait surplus produksi jagung tahun ini.
"Memang tidak ada barangnya. Kalau surplus sampai 12 juta ton itu siapa yang simpan? Memangnya petani mau simpan jagung?" kata Tony.