Ahad 04 Nov 2018 21:51 WIB

Turki Amankan Lebih dari 100 Migran Ilegal

Para migran mencoba untuk mencapai Eropa.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Imigran Afganistan (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Imigran Afganistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, IZMIR -- Sumber keamanan Turki melaporkan, setidaknya sebanyak 151 imigran gelap diselamatkan di Turki. Dari 151 orang, 27 di antaranya ditangkap Di Provinsi Izmir, termasuk perempuan dan anak-anak.

"Mereka ditahan di luar distrik Dikili pesisir," ujar sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya dilansir Anadolu Agency, Ahad.

Dari 27 migran,  25 merupakan Afghanistan dan dua lainnya dari Suriah. Mereka berusaha mencapai Yunani melalui pulau-pulau sekitar dengan perahu karet.

Selain itu, pasukan keamanan terkait telah menahan 30 migran gelap di Dindim, Provinsi Aegean Aydin yang hendak menyebrang ke Eropa.

Di provinsi barat laut Kirklareli, unit-unit gendarmerie Turki mengumpulkan 78 migran gelap Pakistan, Irak, Iran, Afganistan, dan Aljazair dekat perbatasan Bulgaria.

Secara terpisah, 16 migran gelap yang mencoba masuk secara ilegal ke Turki dari Suriah ditahan oleh penjaga perbatasan di distrik Yayladagi Hatay, sebuah provinsi perbatasan selatan Turki.

Baca juga, Puluhan Migran Tewas Tenggelam di Laut Mediterania.

Turki telah menjadi rute utama bagi migran gelap yang mencoba menyeberang ke Eropa, terutama sejak 2011 ketika perang sipil Suriah dimulai.

Bulan lalu, juru bicara kepresidenan Turki mengatakan, serangan besar yang menargetkan Provinsi Idlib di barat laut Suriah dapat menyebabkan krisis pengungsi baru dari Turki ke Eropa.

"Masalah umum semua orang adalah bahwa solusinya harus lebih bersifat politik daripada militer," kata Ibrahim Kalin di ibu kota Ankara, seperti dilansir Aljazirah.

Kalin mengatakan, konsekuensi dari serangan militer skala penuh terhadap Idlib akan menyebabkan krisis kemanusiaan dan gelombang pengungsi baru. Menurutnya,  pemerintah Turki berusaha untuk mempertahankan status Idlib saat ini, melindungi warga sipil, dan mencegah krisis kemanusiaan di Idlib.

"Tentu saja, gelombang migrasi baru tidak hanya akan membebani Turki. Itu bisa menyebabkan rantai krisis baru dari sini ke Eropa. Karena itu, tidak ada yang menginginkan ini," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement