REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kisah heroik para pasukan penjaga perdamaian yang berasal dari TNI atau Polri, cukup banyak dikisahkan. Keberadaan mereka sangat diapresiasi oleh negara setempat.
Di antara cerita inspiratif itu seperti yang dilakukan Bripka Dewi Suryani. Anggota Polri itu turut terlibat pembangunan masjid di Darfur Sudan.
Dengan dukungan tokoh agama dan masyarakat setempat, Dewi turut mewujudkan pembangunan masjid dengan nama "Ar Rahman".
"Agar tempat ibadah itu dapat memberikan rahmat dan kasih sayang sehingga tercipta perdamaian di wilayah itu," kata Dewi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/11).
Bagi Bripka Dewi Suryani menjadi anggota Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB atau "United Nations-African Union Hybrid Operation in Darfur" (UNAMID) merupakan yang kedua kalinya di negara yang sama yakni Darfur Sudan.
Sebelumnya, Dewi pernah terlibat penugasan mewakili anggota Polri yang bertugas sebagai penjaga misi perdamaian pada wilayah "sector central" di Darfur Sudan sekitar 2014.
Meskipun berjarak ribuan kilometer terpisahkan dengan keluarga, Dewi tetap memiliki dedikasi tinggi ikut menjaga perdamaian di negara yang disebut tanah hitam tersebut.
Dewi turut merasakan kesulitan, seperti halnya masyarakat setempat, untuk melaksanakan ibadah di wilayah yang mayoritas beragama Islam itu.
Karena hal itu, Dewi beritikad membangun masjid agar memudahkan masyarakat sekitar beribadah dan berkumpul menjalin komunikasi.
“Saya temui mushola dari ranting kayu, kalau musim hujan, orang sholat basah kehujanan, makanya Dewi buatkan mesjid divsini” ungkap Bripka Dewi Suryani usai meresmikan masjid tersebut dalam pesan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (5/11).
Mulanya, Dewi di tempatnya bertugas menemui sebuah bangunan mushola yang terbuat dari ranting kayu dengan kondisi atap bocor dan tidak layak dijadikan tempat ibadah.
Bripka Dewi Suryani yang memiliki kepekaan sosial pun mendonasikan sebagian hartanya dan meminta masyarakat agar membangun mushala tersebut menjadi sebuah mesjid. Intensi itu pun disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat.
Pembangunan masjid itu bertujuan juga untuk mengurangi perselisihan yang muncul akibat kesalahpahaman.
Bripka Dewi Suryani berpose di depan Masjid Ar Rahman
Dewi yang telah bertugas selama sembilan bulan itu awalnya mendapatkan kepercayaan kembali dari Polri sebagai "Individual Police Officer" (IPO) sehingga harus meninggalkan tiga anak berusia delapan tahun hingga 12 tahun dan tugasnya sebagai anggota Polda Sumatra Barat.
Dewi mendapatkan pembekalan "Pre Deployment Training" (PDT) selama tiga pekan yang diselenggarakan satuan kerja Polri Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) dikepalai Irjen Polisi HS Maltha.
Selanjutnya, Dewi bersama beberapa rekannya menjalankan kegiatan seperti pelatihan mengemudi, pengenalan misi PBB dan "United Nations Core Value", pemeriksaan kesehatan, vaksinasi, serta simulasi kerja.
Pembekalan itu digelar di ruangan " Command Post Exercise" (CPX) bertempat di Pusat Latihan Multi Fungsi Cikeas Bogor Jawa Barat. Bagi anggota Polri yang terpilih wajib mengikuti pelatihan itu sebagai bekal melaksanakan tugas pada misi pemeliharaan perdamaian PBB.
Dewi bersama delapan anggota Polri lainnya diberangkatkan menuju daerah tugas oleh Kepala Biro Misi Internasional Polri Brigjen Polisi Krishna Murti.
Polwan asal Polda Sumatra Barat itu mendapatkan penugasan di wilayah Shangil Tobaya yang berlokasi sekitar 45 menit perjalanan menggunakan helikopter dari pusat komando misi UNAMID, El Fasher.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menuturkan, hal ini menunjukkan kepedulian sosial seorang petugas seperti Bripka Dewi ternyata tetap kuat meski ditempatkan di daerah konflik.
"Menjalankan tugas sebagai penjaga perdamaian didaerah konflik tidak menyurutkan semangat kepedulian Bripka Dewi Suryani terhadap masyarakat yang kurang mampu," ujar Dedi.