REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah berikut ini menggambarkan luhurnya akhlak Rasulullah SAW yang membalas keburukan dengan kebaikan. Tidak ada dendam di hati Baginda Rasul. Ini tampak saat Thufail bin Amr, pemimpin suku ad-Dausy, sebagaimana uraian H Andi Bastoni dalam buku 101 Sahabat Nabi, berkonsultasi tentang kondisi kaumnya yang menolak dakwah.
Sebelum pulang ke kampung halamannya setelah sebelumnya belajar langsung kepada Rasul tentang Islam dan berikrar syahadat, Thufail menemui Rasulullah sekali lagi untuk meminta restu.
"Wahai, Rasulullah. Kaumku begitu patuh kepadaku sebagai pemimpinnya. Aku akan kembali kepada mereka dalam waktu dekat ini. Aku hendak mengajak mereka semua untuk memeluk Islam. Aku meminta engkau berdoa kepada Allah agar Dia memberikan kepadaku kekuatan,"pinta Thufail. Nabi Muhammad pun berdoa dan menasihati pemuka suku ad-Dausy itu.
Thufail bin Amr ad-Dausy tiba di Tanah Airnya. Awalnya, Thufail mengabarkan dan mengajak orang tua dan istrinya. Mereka menerima Islam dengan sepenuh hati. Akan tetapi, kaumnya tidak langsung mendengarkan dakwahnya. Hanya Abu Hurairah, kelak menjadi perawi hadis Nabi, yang lekas menjadi Muslim.
"Selang waktu kemudian, Thufail bin Amr bertamu ke rumah Rasulullah. Kali ini, ia ditemani Abu Hurairah. Bagaimana perkembangan dakwahmu, Thufail bin Amr? tanya Nabi Muhammad.
"Kebanyakan kaumku masih tertutup mata hatinya untuk menerima Islam. Sungguh kaumku masih sesat dan durhaka," keluh Thufail.
Rasulullah kemudian meminta waktu sebentar. Setelah mengambil wudhu, beliau masuk ke dalam kamarnya. Samar-samar terdengar, Rasulullah rupanya sedang melaksanakan shalat.