REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada Senin (5/11) bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan dapat menghentikan ekspor minyak Iran. Pernyataan ini disampaikan Rouhani menanggapi sanksi baru yang diberlakukan AS kepada Iran.
"Iran akan terus menjual minyak mentahnya di pasar internasional meski ada sanksi-sanksi AS yang 'kejam'," kata Rouhani.
Menurutnya, Iran akan melanggar sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh Washington atas Teheran dengan cara yang tepat. "Dengan bantuan rakyat, dan persatuan yang ada di masyarakat kami, kami harus membuat Amerika mengerti bahwa mereka tidak boleh menggunakan bahasa kekuatan, tekanan, atau ancaman untuk berbicara dengan bangsa Iran yang besar. Mereka harus dihukum secepatnya dan selamanya," tutur Rouhani seperti dikutip oleh Press TV.
Para pejabat AS, kata Rouhani, telah memahami bahwa mereka tidak dapat mengganti minyak Iran di pasar. Menurutnya, sekalipun AS tidak memberikan keringanan ke beberapa negara untuk tetap memperdagangkan minyak dengan Iran, pihaknya kami masih akan dapat menjual minyak.
"Kami memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan itu," ucap Rouhani.
Semua sanksi-sanksi AS terhadap Iran yang telah dihapus berdasarkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dipulihkan kembali oleh Amerika Serikat pada Jumat (2/11) dan mulai berlaku pada Senin (5/11). Embargo AS menargetkan banyak sektor penting negara itu seperti energi, perkapalan, pembuatan kapal, dan keuangan.
Washington menuduh Iran mengguncang ketidakstabilan regional dan mengekspor kekerasan, yang telah dibantah oleh Teheran. Presiden AS Donald Trump, yang mengakhiri perjanjian nuklir Iran yang menang dengan susah payah pada 8 Mei, mengatakan bahwa itu adalah salah satu kesepakatan terburuk dan paling berat yang pernah dilakukan Amerika Serikat.
Pada Senin (5/11), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di akun twitter resminya mengecam penolakan AS terhadap konvensi-konvensi internasional. "AS menentang pengadilan tinggi PBB dan Dewan Keamanan dengan menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran yang menargetkan orang biasa," kata Zarif.
"Tapi bullying AS adalah bumerang, bukan hanya karena JCPOA (kesepakatan nuklir) penting, tetapi karena dunia tidak dapat mengizinkan Trump untuk menghancurkan tatanan global. AS, bukan Iran, terisolasi," kata Zarif menambahkan.
Sebelumnya pada hari itu, Zarif mengatakan bahwa putaran baru sanksi AS terhadap Iran telah gagal memangkas ekspor minyak Teheran ke nol. Menurtunya, penarikan AS dari JCPOA multilateral pada Mei adalah skandal" untuk Washington.
"Kita bisa melihat JCPOA sangat mendukung kepentingan Iran bahwa Amerika menarik diri dari skandal itu," kata Zarif kepada parlemen Iran.