REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut proyek transportasi massal Mass Rapid Transit (MRT) lebih efisien daripada moda transportasi lainnya. Tarif yang dikenakan pun dinilainya tak akan membebani masyarakat, yakni sekitar Rp 8-9 ribu.
"Masyarakat akan lebih efisien. Karena tadi di kereta sudah dibicarakan juga mengenai kira-kira tarifnya berapa. Kurang dan lebih mungkin Rp 8-9 ribu, kurang lebih," kata Jokowi usai meninjau dan menjajal MRT dari Stasiun Bundaran HI ke Depo Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (6/11).
Ia juga yakin, MRT yang akan mulai beroperasi pada Maret 2019 ini akan mengurangi kemacetan ibukota. Kendati demikian, untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi di wilayah Jabodetabek juga perlu dilakukan integrasi antara MRT, LRT, dan juga kereta bandara, serta angkutan umum.
"Mengurangi penggunaan mobil-mobil pribadi di jabodetabek. Dan tentu saja dibarengi kebijakan elektronik road pracing, ERP, itu juga akan mengurangi," tambahnya.
Jokowi mendorong, pembangunan transportasi massal MRT ini juga perlu dikembangkan di kota-kota besar lainnya. Ia menyebut, sejumlah kota yang akan membangun proyek serupa di antaranya yakni di Palembang, Bandung, Surabaya, dan juga Medan.
Untuk pembiayaan proyek, ia menyebut dapat menggunakan anggaran dari pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah. Dalam kesempatan ini, Presiden juga mendorong diselesaikannya pembangunan proyek LRT dan kereta cepat yang belum terselesaikan.
"Ya secepat-cepatnya selesai, kita mendorog terus. Karena ini kan pertama semuanya MRT pertama, LRT pertama, kereta cepat pertama, pertama semuanya," kata Jokowi.