Selasa 06 Nov 2018 18:39 WIB

Tahun Politik, Pasar Obligasi Diprediksi Terus Tumbuh

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan juga diprediksikan tetap stabil.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 011 di Bank BRI Pusat, Jakarta,Rabu (1/10).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 011 di Bank BRI Pusat, Jakarta,Rabu (1/10).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar surat utang (obligasi) dinilai masih prospektif untuk mendorong pendanaan korporasi. Memasuki tahun politik 2019, perekonomian diperkirakan akan lebih menggeliat sehingga mendorong korporasi untuk mencari sumber pendanaan lain demi ekspansi usaha.

Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji mengatakan, ekonomi tahun depan diprediksi akan tumbuh 5,3 persen dan diperkirakan sangat prospektif untuk penerbitan obligasi. "Indonesia merupakan negara emerging market yang berada dalam kategori investment grade, sehingga proyeksi penerbitan obligasi untuk tahun depan masih positif," kata Nafan Aji kepada Republika.co.id, Selasa (6/11).

Pada tahun depan bank sentral AS Federal Reserve diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali saja. Sementara pada tahun ini dinaikkan sebanyak empat kali. Oleh karena itu ia memperkirakan pada tahun depan sentimen ekonomi global tidak terlalu bergejolak seperti sekarang.

"Pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan juga diprediksikan tetap stabil di level 3,7 persen," kata Nafan.

Sementara itu, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada, memperkirakan bahwa tahun politik akan membuat korporasi cenderung menahan ekspansi. "Artinya, kalau mereka cenderung menahan ekspansi, maka kemungkinan mereka akan mendayagunakan sumber kas yang ada, yaitu internal atau melakukan pinjaman ke bank," kata Reza.

Menurutnya, perusahaan diperkirakan akan memantau arah perkembangan politik sebelum memutuskan untuk merancang ekspansi. Selain itu, arah kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mendorong ekonomi domestik akan menentukan upaya ekspansi mereka, termasuk penerbitan obligasi.

"Tentunya mereka juga akan melihat kondisi moneter dari pemerintah dan Bank Indonesia untuk menentukan kupon mereka," ujar Reza.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juni 2018 disebutkan, obligasi korporasi yang akan jatuh tempo periode Agustus-Desember 2018 mencapai Rp 26,3 triliun. Sementara itu berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), sudah ada emisi obligasi korporasi senilai Rp 17,85 triliun yang masuk pipeline bursa di semester kedua tahun ini. Ini menunjukkan penerbitan obligasi  korporasi masih tinggi hingga akhir tahun.

Sementara itu laju pasar obligasi dalam negeri saat ini masih dalam tren kenaikan. Pergerakan imbal hasil obligasi AS yang kembali bergerak turun cukup membantu penguatan pasar obligasi dalam negeri. 

Pada Senin (5/11), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,27 basis poin (bps) di level 106,66 dari sebelumnya di level 106,37. Adapun, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price naik 0,23 bps di level 104,27 dari sebelumnya di level 104,03. 

Sementara itu, pergerakan imbal hasil SUN 10 tahun berada di level 8,29 persen dari sebelumnya di level 8,39 persen dan US Government bond 10 tahun di level 3,20 persen dari sebelumnya di level 3,23 persen sehingga spread di level kisaran 508,9 bps lebih rendah dari sebelumnya 516,8. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement