Rabu 07 Nov 2018 09:41 WIB

Perang di Hudaidah Ancam Pasien di Rumah Sakit Yaman

Suara tembakan dan bom terdengar tak jauh dari rumah sakit.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.
Foto: Reuters
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.

REPUBLIKA.CO.ID, HUDAIDAH -- Pertempuran di Kota Hudaidah yang dikuasai pemberontak di Yaman barat telah mengancam kehidupan pasien anak-anak di rumah sakit al-Thawra. Badan anak-anak PBB (UNICEF), mengatakan 59 anak berisiko menghadapi kematian.

Peringatan UNICEF ini dikeluarkan pada Selasa (6/11), saat bentrokan sengit terjadi antara pasukan pro-pemerintah yang didukung oleh koalisi militer Saudi-UEA, dan pemberontak Houthi di Hudaiah. Di kota pelabuhan dekat Laut Merah itu, ratusan ribu warga sipil masih terperangkap karena perang.

"Pertempuran sengit di kota pelabuhan Yaman, Hudaidah, sekarang sangat dekat dengan rumah sakit al-Thawra, sehingga mengancam kehidupan 59 pasien anak, termasuk 25 anak yang ada di unit perawatan intensif," kata UNICEF dalam sebuah pernyataan, dikutip Aljazirah.

Badan itu mengatakan staf medis dan pasien di rumah sakit tersebut mendengar suara bom dan tembakan besar. Jarak rumah sakit dan pelabuhan hanya sekitar 500 meter. "Akses ke dan dari rumah sakit, satu-satunya yang berfungsi di daerah itu, sekarang terancam," tambah UNICEF.

Konflik Yaman dimulai dengan direbutnya ibu kota Sanaa pada 2014 oleh kelompok Houthi. Aksi itu menggulingkan pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Baca juga, PBB akan Gelar Perundingan Damai Yaman.

Aliansi yang dipimpin Saudi-UEA, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), kemudian melakukan intervensi pada 2015 dalam bentuk serangan udara besar-besaran. Serangan bertujuan untuk mengembalikan pemerintahan Hadi.

Pada Juni lalu, koalisi meluncurkan serangan baru untuk merebut kembali Hudaidah, yang direbut oleh Houthi sejak 2014.

Kota ini adalah pintu utama bagi masuknya bantuan kemanusiaan untuk masyarakat yang terdampak perang di Yaman. Kelaparan telah menyerang lebih dari 14 juta orang, atay setengah dari populasi negara itu, dan seorang anak meninggal setiap 10 menit.

"Jumlah korban jiwa bisa menjadi bencana jika pelabuhan rusak, hancur, atau terhalang," kata UNICEF.

Koalisi Saudi-UEA telah memberlakukan blokade di pelabuhan, sebagai bagian dari upaya untuk mencegah Houthi menggunakannya sebagai titik pendaratan senjata yang dipasok oleh Iran. Tuduhan tersebut telah dibantah oleh Houthi dan Teheran.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) juga memperingatkan bahwa insiden terburuk masih bisa terjadi di Hudaidah.

"Ketika pertempuran meningkat di Hudaidah, MSF prihatin terhadap pasien dan staf di rumah sakit dan ribuan penduduk yang tinggal di kota. Semua pihak dalam konflik harus memastikan bahwa warga sipil dan fasilitas seperti rumah sakit dilindungi di Yaman," ujar Doctors Without Borders (MSF) dalam sebuah pernyataan, Selasa (6/11).

Sementara itu, Dewan Pengungsi Norwegia pada Senin (5/11) memperingatkan, pertempuran dan serangan udara di Hudaidah akan semakin memperburuk akses warga sipil terhadap bantuan kemanusiaan.

Save the Children telah melaporkan, ada hampir 100 serangan udara yang dihitung oleh stafnya pada akhir pekan. Jumlah tersebut lima kali lebih banyak daripada di pekan pertama Oktober lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement