REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Berkat pemilih perempuan dalam pemilu paruh waktu Amerika Serikat (AS), Partai Demokrat berhasil menguasai, House of Representative. Berdasarkan jajak pendapat yang diadakan kantor berita Reuters/Ipsos sekitar 55 persen perempuan mengatakan mereka mendukung Demokrat menguasai Kongres.
Angka itu lebih banyak dibandingkan pada 2014 lalu yang sebanyak 49 persen. Secara keseluruhan pemilih AS terpecah dalam menilai kinerja Presiden AS Donald Trump.
Pemilih muda antara 18 sampai 34 tahun secara agresif mendukung Demokrat. Sebanyak 62 persen pemilih muda memilih Demokrat, sementara 34 persen lainnya memilih partai Republik. Maka ada jarak sebesar 28 persen. Jarak itu jauh lebih besar dibandingkan pada pemilu paruh waktu 2014 lalu. Di mana hanya ada 54 persen pemilih muda yang menyatakan mendukung partai Demokrat.
Pemilih Amerika Latin juga memfavoritkan Partai Demokrat untuk menguasai Kongres. Ada jarak sebesar 33 persen antara yang mendukung Demokrat dengan yang tidak, juga jauh lebih besar dari pada 2014 yang jaraknya hanya 18 persen.
Demokrat berhasil menguasai House of Representative dengan menambah 26 perwakilan di legislatif tertinggi di AS tersebut. Agar bisa mengusai Kongres, mereka hanya butuh 23 kursi.
Tapi Republik berhasil mengusai Senat dengan perolehan kursi 51 persen sementara Demokrat hanya 42 persen. Terpecahnya suara perempuan membuktikan dapat membawa Demokrat mengusai House of Representative dan Republik mengusai Senat.
Di Negara Bagian Virginia pemilih perempuan lebih banyak mendukung Demokrat di House of Representative. Sebanyak 58 persen menyatakan memilih Demokrat. Sementara hanya 39 persen yang memilih Republik.
Di Indiana, lebih banyak pemilih perempuan yang menyatakan mendukung Republik. Sebanyak 57 persen memilih Republik, sementara 40 persen memilih Demokrat.
"Keberhasilan yang luar biasa malam ini, terima kasih semuanya," tulis Trump di akun Twitternya.
Meski partainya kalah di House of Representative tapi Trump tetap membanggakan dirinya sendiri. Ia menggunggah kata-kata pengamat politik Ben Stein yang memuji Trump telah berhasil membuat partai Republik mempertahankan kekuasan di Senat.
"Hanya lima kali dari 105 tahun terakhir presiden pejawat memenangkan Senat pada pemilihan paruh waktu. Pak Trump memiliki sihir. Orang ini memiliki sihir yang keluar dari telingannya. Dia seorang penarik suara dan juru kampanye andal," tulis Trump.
Selama kampanye Trump dan partai Republik membanggakan menguatnya perekonomian AS sejak mereka berkuasa. Ia mengatakan jika Demokrat berkuasa maka akan banyak pengangguran yang terjadi karena mereka akan membiarkan imigran masuk.
Sementara , Demokrat mengkampanyekan jaminan kesehatan yang lebih baik. Mereka juga memperingatkan jika Trump dan partai Republik terus berkuasa maka rakyat AS akan kehilangan jaminan kesehatan mereka. Demokrat juga kerap kali mengkampanyekan kontrol terhadap kepemilikan senjata api, masalah serius bagi AS karena semakin seringnya terjadi penembakan masal.
Legalitas aborsi juga menjadi perdebatan sepanjang masa kampanye. Demokrat yakin Hakim Mahkamah Agung yang ditunjukan Trump, yakni Brett Kavanaugh akan menarik kembali hak perempuan untuk melakukan aborsi atas kehamilan yang tidak diinginkan seperti para korban pemerkosaan.
sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement