REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina EP berencana bisa meningkatkan produksi minyak dan gas pada tahun depan. Untuk bisa melakukan hal tersebut Pertamina EP menganggarkan dana investasi sebesar 630 juta dolar AS.
Direktur Utama Pertamina EP, Nanang Abdu Manaf menjelaskan dana tersebut rencananya akan digunakan Pertamina EP untuk melakukan pengembangan lapangan, biaya eksplorasi dan pembangunan fasilitas produksi. "Kalau detil saya nggak hapal. Tapi totalnya di 2019 kita masih agresif lah. Tahun ini kan 630 juta dolar AS tuh. Itu untuk pengembangan, pengeboran development, eksplorasi, fasilitas produksi. Tahun depan ya masih sama lah," ujar Nanang, Rabu (7/11).
Nanang menjelaskan untuk lapangan yang menjadi prioritas Pertamina EP kedepan untuk dikembangkan adalah Lapangan Sukowati dan Lapangan Akasia Bagus. Untuk Lapangan Sukowati, Pertamina EP akan menggunakan teknologi untuk menjaga produksi. Sedangkan Lapangan Akasia Bagus, Pertamina EP akan menggalakan eksplorasi.
"Di jabar ya yang progres kayak di Akasia Maju misalnya. Lalu ada di sumur wolai itu di sulteng, itu gas. Itu gas penting disana, karena ada base LNG dan kebutuhan PLN. Lalu ada pabrik amoniak juga. Jadi gas perannya cukup penting dalam revenue dan profit," ujar Nanang.
Untuk tahun ini, Nanang menjelaskan saat ini Pertamina EP sudah merealisasikan investasi sekitar 70 persen dari 630 juta dolar AS tersebut. Ia mengatakan hingga akhir tahun ia yakin bisa menyerap anggaran dengan baik hingga 100 persen.
"Mayoritas kita ke ngebor development. Dari 90 sumur kita sudah selesai 60 sumur. On going 10 sumur. Ya sudah 70 sumur lah. Jadi sampai akhir tahun 90 sumur. Lapangannya yang di Jabar. Sumsel lebih ke maintance produksi terutama gas. Tapi kalau ngebor di Jabar dan Kalimantan," ujar Nanang.
Sedangkan untuk anggaran khusus yang disediakan Pertamina EP untuk eksplorasi berkisar 150 juta dolar. "Kira kira ya seperlima nya lah. Ya 15-20 persennya lah dari total investasi yang kita butuhkan per tahun. Ya kira kira 150 juta. Rata rata sih segitu," ujar Nanang.
Dalam investasi pun, kata Nanang perusahaan memang lebih selektif saat ini. Hal ini mengigat harga minyak yang sedang anjlok yang mengaharuskan perusahaan cermat dalam mengelola anggaran.
"Karena kan kita juga istilahnya harus memastikan investasi kita berdampak ke produksi. Yang lama lama itu di challange lagi. Misalnya yang dapetnya 5 - 10 tahun lagi, secara keekonomian berpengaruh. Nah, mana nih yang 2 tiga tahun bisa lgs ada dampaknya. Itu yang kita prioritaskan," ujar Nanang.