Rabu 07 Nov 2018 19:03 WIB

Demokrat Sukses, Hubungan AS dan Rusia Masih Sulit Pulih

Partai Demokrat menguasai House of Representative di Kongres AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Warga New York memberikan suara mereka pada Selasa (6/11) dalam pemilu paruh waktu Amerika Serikat.
Foto: AP/Mark Lennihan
Warga New York memberikan suara mereka pada Selasa (6/11) dalam pemilu paruh waktu Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kesuksesan Partai Demokrat menguasai House of Representative dalam pemilu paruh waktu Amerika Serikat (AS) tidak akan membantu memperbaiki hubungan bilateral Washington dengan Moskow. Hal itu diungkapkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Rabu (7/11).

“Kita dapat mengatakan dengan keyakinan besar bahwa tentu saja tidak ada prospek yang cerah untuk normalisasi hubungan Rusia-Amerika dapat dilihat di cakrawala,” kata Peskov. Menurutnya, pemulihan hubungan kedua negara melalui dialog sepenuhnya bergantung pada Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Peskov mengungkapkan Putin dan Trump akan bertemu di Paris, Prancis, pekan depan. Namun, pertemuan akan berlangsung dalam waktu singkat. Keduanya dapat melanjutkan dialog ketika sama-sama menghadiri KTT G-20 di Argentina pada akhir November mendatang.

Sementara ini, Partai Demokrat berhasil mengungguli Partai Republik dalam perebutan kursi di House of Representative pada pemilu paruh waktu yang digelar Selasa (6/11). Berdasarkan perhitungan terakhir Demokrat telah memenangkan 200 kursi atau 46,4 persen. Sedangkan Republik memperoleh 183 kursi atau 42,1 persen.

Data perolehan kursi memang belum seluruhnya terhitung. Sebab, terdapat 43 kursi di House of Representative. Kendati demikian Demokrat telah mengklaim kemenangannya. Trump bahkan dilaporkan telah memberi selamat kepada pemimpin Demokrat di House of Representative Nancy Pelosi.

Dengan mayoritas kursi di House of Representative, Demokrat memiliki daya untuk menentang kebijakan-kebijakan Trump. Tidak hanya kebijakan domestik, tapi juga luar negeri. 

Kemenangan tersebut juga akan memberikan Demokrat kesempatan memblokir agenda pemerintahan Trump. Menurut beberapa sumber di Kongres, Demokrat juga akan berupaya mengambil kebijakan keras terhadap Rusia.

Hubungan AS dan Rusia kerap mengalami pasang surut. Selama beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara tak terjalin harmonis. Hal itu disebabkan beberapa isu, seperti konflik di Ukraina, Suriah, dan dugaan kertelibatan Rusia dalam aksi penyerangan agen ganda Rusia Sergei Skripal di Salisbury, Inggris. Situasi kian diperkeruh karena Rusia juga dituduh mengintervensi pemilu presiden AS pada 2016.

Baca: Kongres AS Terbelah, Agenda Donald Trump Terancam

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement