REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Australian Transaction Reports and Analysis Center (AUSTRAC) Nicole Rose memuji pemaparan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, tentang pencegahan aliran dana kejahatan terorisme. Kapolri menjelaskan hal tersebut dalam presentasi di acara The 4th Annual Counter-Terrorism Financing (CTF) Summit 2018 di Bangkok, Thailand, Rabu (8/11).
"Sangat komprehensif, presentasi yang bagus dari Jenderal Tito," kata Nicole melalui siaran pers Humas Polri yang diterima Antara di Jakarta.
Selain itu, Asistant to Secretary General Thailand's Anti Money Laundering Office (AMLO) Praia Kaoian juga memuji pemaparan Tito tentang pencegahan aliran dana kejahatan terorisme. "Paparan yang menarik, sangat lengkap. Terima kasih Jenderal Tito," kata Praia.
Di acara The 4th Annual Counter-Terrorism Financing (CTF) Summit 2018, Kapolri memaparkan pandangan tentang perkembangan terkini tindak pidana terorisme yang terjadi di Indonesia, tren pendanaan terorisme, perubahan modus operandi serta beberapa contoh kasus penanganan aliran dana teroris yang ditangani oleh Polri.
"Misalnya pada kasus Bom Bali I, teror Thamrin Jakarta dan yang terkini yakni teror Bom Gereja Surabaya," kata Tito.
Di samping itu, Tito juga memberikan pandangannya tentang peran signifikan dari Financial Intelligence Unit di berbagai negara guna memutus aliran dana dan logistik bagi para kelompok teroris.
Tito juga menekankan betapa pentingnya kerja sama antarnegara dalam penanggulangan kejahatan aliran dana kelompok teroris. "Berbagi informasi dan pengembangan kapasitas di antara penegak hukum termasuk financial intelligence unit khususnya di kawasan regional Asia dan Australia," ujarnya.
Acara CTF Summit tahun ini dilaksanakan berdasarkan keberhasilan penyelenggaraan pertemuan sebelumnya di Sydney (Australia), Bali (Indonesia) dan Kualalumpur (Malaysia).
Tahun ini Thailand's Anti Money Laundering Office (AMLO) menjadi tuan rumah acara. AMLO juga bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan AUSTRAC.
Kegiatan ini diikuti para kepala Financial Intelligence Unit, perwakilan senior pembuat kebijakan, penegak hukum, lembaga kebijakan dan keamanan nasional. Selain itu, para peserta juga berasal dari industri dan akademisi berbagai negara yang memberikan perhatian lebih terhadap penanggulangan pendanaan terorisme dan kejahatan finansial beresiko tinggi.