REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pendiri Perguruan Tinggi Islam Al Khairiyah Citangkil, Kota Cilegon, Brigjen TNI (Purn) KH Syam’un segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2018. Informasi ini didapat dari mantan anggota DPR, Lukman Hakiem.
“Tak hanya aktivis pendidikan Islam, KH Syam’un adalah pejuang sekalogus pendiri kesatuan Divisi Siliwangi,’’ kata Lukmman Hakiem, di Jakarta, Rabu (7/11).
Menurutnya, beberapa hari lalu putra AR Baswedan, dr Samhari Baswedan, mengabarinya soal pengagurehan gelar pahlawan nasional kepadanya bersama beberapa tokoh lainnya. Kabar penatapan sosok KH Syam'un menjadi pahlawan nasional itu akan diumumkan bersamaan dengan penetapan gelar sebagai pahlawan nasioanal berbagai tokoh yang lain seperti Abdul Rahman Baswedan, Kasman Singodimedjo, dan beberapa sosok lainnya.
“Dan sesudah mengucapkan syukur dan menyampaikan tahniah, saya balik bertanya kepada Samhari dan bertanya, Siapa lagi Mas yang juga mendapat gelar pahlawan nasional?”,’’ ujar Lukman.
Lukman lebih lanjut mengatakan bila Samhari kemudian menjelaskan bila ada enam orang.” tapi dia mengakau cuma hafal empat orang saja: Mr Kasman Singodimedjo, K H Sjam'un, dan Pangeran Muhammad Noor. "Dua lagi sosok tokoh dari Sulawesi dan Bangka, tapi saya tak hapal namanya,” ujar Lukman menirukan pernyataan Samhari.
‘’Mendengar itu, itulah saya kembali mengucapkan syukur alhamdulillah. Perjuangan panjang mengusulkan para pendiri bangsa agar dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional, akhirnya berbuah juga,’’ kata Lukman yang selama ini bersama almarhum AM Fatwa terlibat dalam pengusulan beberapa tokoh menjadi pahlawan seperti MR Kasman Singodemodjo, AR Baswedan, Syafruddin Prawiranegara, M Natsir, dan beberapa tokoh pendiri bangsa lainnya.
Meski begitu, katanya, khusus untuk sosok KH Sya’mun memang belum banyak dikenal publik. Sosok kepahlawanan dan jasanya bagi negara belum diketahui meluas.’’Saya pun hanya ingat bahwa beliau adalah seorang kyai yang pernah menjadi tentara Hizbullah dan kemudian sempat menjadi bupati,’’ ujarnya.
Memang setelah dicari jejak dan kisah KH Syam’un dalam perjuangan bangsa masih tercatat sangat sedikit. Situs Wikipedia menuliskan hanya dengan profil singkat seperti ini:
Brigjen TNI (Purn.) K.H. Syam'un (lahir di Cilegon, Banten, 5 April 1894 - meninggal di Serang, Banten, 1949) adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten.
Brigjen KH. Syam’un adalah pendiri Perguruan Tinggi Islam Al-Khairiyah Citangkil, Kota Cilegon. Beliau lahir pada 5 April 1894 dari pasangan taat beragama H. Alwiyan dan Hj. Hajar. Brigjen KH. Syam’un masih keturunan dari KH. Wasid tokoh “Geger Cilegon” 1888 (perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Belanda).
Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekkah (1905-1910) dan berguru di Masjid Al-Haram tempat ahli-ahli ke-Islaman terbaik di dunia berkumpul membagi ilmu. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir (1910-1915).
KH.Syam’un pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatan KH. Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang.
Selama menjadi Dai Dan Tyo KH. Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang. Keterlibatan KH. Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.
Dengan Pangkat terakhir Brigadir Jenderal (Brigjen), karier KH. Syam’un diketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945-1949.
Pada Tahun 1948 meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH. Syam’un bergerilya dari Gunung Karang Kab. Pandeglang hingga kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kabipaten Serang.
Daerah tersebut menjadi tempat tinggal salah satu gurunya KH Jasim. Di Kampung ini juga, Brigjen KH Syam’un meninggal pada Tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan.