REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Warga dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih melakukan evakuasi korban bencana banjir bandang di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Kamis (8/11). Data BPBD Tanggamus, banjir bandang menyebabkan sedikitnya 17 rumah terseret banjir, dan seorang warga meninggal.
Keterangan yang dikumpulkan, Kamis (8/11) petang, jumlah korban yang meninggal masih satu orang, dan rumah yang hayut terbawa arus banjir bandang sebanyak 17 rumah. Warga yang hayut ditemukan meninggal bernama Biacik (69 tahun), ia terseret banjir saat menyelamatkan diri dari rumahnya. Jasadnya ditemukan setelah dua hari kejadian.
Menurut Ahmad, pamong Desa Umbar, Kecamatan Kelumbayan, peristiwa banjir bandang yang terjadi Selasa (6/11) malam, telah memutuskan jalur transportasi, komunikasi, dan juga listik. Bantuan dari berbagai pihak kesulitan masuk ke lokasi banjir, karena medan jalannya rusak, jembatan ambrol, dan listrik padam. “Listrik padam, nelpon tidak bisa, jalan dan jembatan rusak semua,” kata Ahmad.
Ia mengatakan warga yang kehilangan rumanya karena terseret arus banjir pada malam itu, masih mengungsi ke tempat yang aman. Sedangkan warga yang rumahnya rusak parah masih bertahan sembari membersihkan lumpur dan puing-puing bekas hantaman banjir bandang.
Banjir di Desa Umbar, ujar dia, karena saat hujan turun deras, sungai Umbar meluap. Hantaman arus banjir sungai yang meluap sangat kencang menyebabkan banyak rumah warga rubuh dan tersapu banjir. Menurutnya, warga masih trauma kalau terjadi banjir susulan karena sekarang mulai memasuki musim penghujan.
Kepala BPBD Tanggamus Romasyadi mengatakan, banjir di Tanggamus seperti di Kecamatan Kelumbayan, Kotaagung Timur, Kotaagung Barat, Cukuh Balak, dan Bandar Negeri Semoung, kondisi terparah berada di Kelumbayan. Banjir di Desa Umbar, Kecamatan Kelumbayan menyebabkan belasan rumah terseret banjir, puluhan rumah rusak parah, dan seorang nenek meninggal karena hayut.
Ia mengatakan seorang warga yang meninggal, karena pada malam itu ia bersama anak dan cucunya ingin mengungsi ke tempat yang aman. Namun arus banjir yang sudah setinggi 50 meter membuat nenek tersebut terlepas dari tangan anaknya dan terseret banjir.
Pencarian nenek tersebut pada Rabu seharian belum ketemu. Setelah hari kedua, nenek tersebut ditemukan warga tak jauh dari rumah korban. Setelah hari ketiga banjir, warga membersihkan rumah-rumahnya dari lumpur, dan memperbaiki rumahnya yang rusak dihantam banjir.