REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan sebanyak 48 rumah bagian tembok dan lantainya mengalami retak-retak akibat pergerakan tanah di Sindangkerta. Meski mengalami kerusakan, para pemilik rumah masih tinggal di kediamannya masing-masing.
"Saat hujan tanggal 1 November itu dapat laporan ada pergerakan tanah, 40 rumah yang terdampak retak retak. Kemudian kemarin hujan lagi besar terjadi penambahan retak retak menjadi 48 rumah," ujar Kepala Bidang BPBD Bandung Barat, Dicky Maulana, Kamis (8/11) saat dikonfirmasi.
Ia menuturkan, kerusakan rumah yang mengalami retak-retak tidak besar. Selain itu, jalan kampung yang ada mengalami penurunan tanah hingga 30 cm. Menurutnya, warga tidak mengungsi dan masih menempati rumah mereka masing-masing.
"Warga diimbau tetap waspada, jalan yang amblas untuk ditutupi sambil menunggu kajian geologi nanti kalau memang misalkan masih bisa ditempati bisa tinggal disitu kalau gak mungkin pemda akan merelokasi," katanya.
Berdasarkan prediksi BMKG hujan di bulan November baru mulai dan diperkirakan akan berlangsung hingga Mei 2019. Sedangkan puncak hujan akan terjadi pada Januari hingga April. "Makanya kita tetapkan siaga banjir, longsor dan banjir bandang sejak 1 November sampai 31 Mei 2019," katanya.
Ia mengatakan, sejak 27 Oktober kemarin sudah terdapat 18 kejadian bencana dengan jenis bervariasi seperti tanah longsor, sekolah ambruk. Oleh karena itu pihaknya mengoptimalkan personil dan peralatan yang ada.
"Tidak hanya di BPBD, kita juga berkoordinasi dengan yang lain seperti PU, Dinkes dan Dinas Sosial," ungkapnya.