Kamis 08 Nov 2018 20:41 WIB

Sistem Pertahanan Rusia Adang Serangan Israel ke Suriah

Rusia mengirim 49 unit sistem pertahanan udara anti-rudal S-300 ke Suriah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Sistem Rudal S-300 buatan Rusia.
Foto: AP
Sistem Rudal S-300 buatan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Tentara Suriah mengakui sistem pertahanan udara S-300 milik Rusia tidak menghilangkan risiko serangan Israel. Namun, menurut kepala biro politik Tentara Suriah Brigrade Jendral Hasan Ahmad Hasan sistem pertahanan udara itu mengurangi kemungkinan keberhasilan serangan udara Israel.  

"Dalam strategi militer tidak akan konsep probalitas nol, kami tidak bisa mengatakan kemungkinannya menjadi nol, karena kami bicara tentang langit terbuka, perbatasan yang panjang, berbagai teknologi," kata Hasan, seperti dilansir dari Sputnik, Kamis (8/11).

Pada awal Oktober lalu, Rusia sudah mengirim 49 unit sistem pertahanan udara anti-rudal S-300 ke Suriah. Moskow akan mengirim S-300 sistem pertahanan udara anti-rudal ke Suriah sebagai tanggapan atas peran Israel dalam jatuhnya pesawat Rusia Il-20 bulan September lalu.

"Oleh karena itu, saya tidak bisa mengatakan pada akhir tidak akan ada kemungkinan serang, tapi probabilitas kesuksesan serangannya dapat berkurang," tambah Hasan.

Selain sistem pertahanan udara Rusia juga mengirimkan 49 peralatan lainnya. Seperti radar, sistem akusisi target dasar, pos komando dan empat peluncur rudal.

Pengiriman sistem pertahanan udara ini sempat menciptakan ketegangan terutama dengan Israel dan Amerika Serikat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin yang telah mengirim sistem pertahanan udara anti-rudal ke Suriah melalui sambungan telpon.

"Mengirim persenjataan canggih ke tangan yang tidak bertanggungjawab akan meningkatkan bahaya di regional (Timur Tengah)," kata Netanyahu kepada Putin bulan Oktober lalu.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton juga memperingatkan keputusan Rusia ini. Menurut Bolton memberikan persenjataan canggih ke Suriah adalah sebuah kesalahan besar dan akan meningkatkan ketegangan dalam skala yang lebih besar lagi di perang yang sudah terjadi selama tujuh tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement