Jumat 09 Nov 2018 12:41 WIB

Thugs of Hindostan, Perjuangan Merebut Kemerdekaan

Panjangnya durasi membuat bioskop memberi jeda 10 menit istirahat bagi penonton.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu adegan dalam film Thugs of Hindostan.
Foto: The Indian Express
Salah satu adegan dalam film Thugs of Hindostan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memeriahkan perayaan Diwali atau Festival Cahaya, rumah produksi India Yash Raj Films merilis film berjudul Thugs of Hindostan. Mulai 8 November 2018, sinema ini sudah bisa disimak di seluruh bioskop Indonesia.

Thugs of Hindostan menceritakan kisah historikal fiktif pada era 1790-1805 di India. Wilayah yang dalam ejaan setempat disebut Hindustan atau Hindostan itu hampir seluruhnya dikuasai oleh British East India Company.

Para pejuang yang berusaha merebut kembali kemerdekaan justru dilabeli sebagai bandit dan pemberontak. Tentara kolonial melakukan berbagai cara untuk memburu mereka, terutama, untuk menangkap sang pemimpin, Khudabaksh Azaad (Amitabh Bachchan).

Awal film menyajikan latar kisah di balik adanya pemberontakan. Azaad menyelamatkan putri mahkota salah satu kerajaan kecil di India, Zafira Baig (Fatima Sana Shaikh). Seluruh keluarganya dibantai oleh pimpinan tentara kolonial, John Clive (Lloyd Owen).

photo

Cerita berkembang dan beranjak ke masa belasan tahun kemudian. Mulai bermunculan tokoh-tokoh lain yang penting dalam benang merah cerita. Ada penipu ulung Firangi Mallah (Aamir Khan), penari cantik Suraiyya (Katrina Kaif), dan peramal Shanichar (Mohammed Zeeshan Ayyub).

Masing-masing tokoh yang punya tujuan berbeda akhirnya bisa bersatu demi memperjuangkan kemerdekaan. Berhasilkah para 'bandit' melawan penjajah, atau pengkhianatan terselubung mengacaukan seluruh rencana mereka?

Dengan premis cerita yang cukup serius, sutradara Vijay Krishna Acharya justru mengemas film dalam nuansa kocak. Di sela pertumpahan darah dan aspek drama yang kuat, banyak kelucuan dieksplorasi dari ekspresi pemeran, dialog, atau musik pengiring.

Perpaduan itu cukup menghibur. Di sisi lain, penonton merasa bias apakah harus tertawa atau berempati kala menyimak adegan tertentu. Pada beberapa bagian, film terasa seperti versi India dari Pirates of the Caribbean sehingga kurang orisinal.

Durasi film ini cukup panjang, yaitu 164 menit. Sedikit mencengangkan karena bioskop menyediakan jeda sekitar 10 menit di pertengahan durasi. Penonton disilakan meregangkan tubuh sejenak, pergi ke toilet, atau membeli kudapan.

Sayangnya, masih banyak yang belum disiplin terkait ketentuan usia penonton. Banyak orang tua mengajak anak dan bayi menyimak film 17 tahun ke atas ini. Padahal, cukup banyak adegan kekerasan dan menjurus vulgar yang tak cocok disimak anak-anak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement