REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02 Sandiaga Salahudin Uno enggan berkomentar negatif tentang ucapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut adanya genderuwo politik. Namun, ia meminta pemerintah untuk mewaspadai genderuwo ekonomi.
"Saya tidak ingin berkomentar yang negatif tapi mungkin yang dimaksud Pak Presiden itu politisi atau politik genderuwo itu yang berkaitan dengan ekonomi rente, mafia ekonomi, mafia pangan atau mafia lainnya sebagai genderuwonya ekonomi," kata Sandiaga, Jumat (9/11).
Ia menduga yang disebut sebagai genderuwo adalah genderuwo ekonomi rente, genderuwo pangan, dan genderuwo yang membuat ekonomi Indonesia lemah dan tidak mandiri.
Genderuwo ini, kata Sandiaga, menggerogoti ekonomi Indonesia. Akibatnya, ekonomi negara ini menjadi lemah, tidak mandiri, dan bergantung pada faktor eksternal.
Sandiaga berpendapat genderuwo-genderuwo ini harus dienyahkan, baik sebagai operator ekonomi yang bertindak sebagai genderuwo dan politisi yang memback-upnya.
Genderuwo ekonomi, kata Sandiaga, membuat harga- harga melangit dan lapangan pekerjaan semakin sulit didapat. Ia mengaku sependapat dengan Jokowi yang menyatakan bahwa genderuwo ekonomi adalah musuh bersama.
“Kita patahkan political genderuwo ekonomi dengan para politisi yang mendukungnya. Ini peringatan dari Presiden,” jelas Sandi.
Sandiaga menambahkan, ciri-ciri genderuwo, tidak terlihat tapi menakutkan dan merusak. Genderuwo senang berada di ruang gelap. Hal ini bertentangan dengan prinsip ekonomi yang sehat, transparan, dan tidak ada ruang gelap.
Menurut Sandiaga, dirinya dan Prabowo akan fokus pada perbaikan ekonomi Indonesia di tahun 2019. Caranya dengan penciptaan dan ketersediaan lapangan kerja serta harga-harga bahan kebutuhan pokok yang stabil dan terjangkau.