Sabtu 10 Nov 2018 08:03 WIB

Hendri: Jokowi tak Perlu Gunakan Gaya Komunikasi 'Menyerang'

Pengamat menilai Jokowi jangan terpancing dengan gaya kampanye kubu lawan.

Hendri Satrio
Hendri Satrio

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyarankan, sebaiknya capres pejawat Joko Widodo (Jokowi) tidak menggunakan gaya komunikasi yang 'menyerang'. Hendri mengatakan, Jokowi juga tidak perlu terpancing dengan gaya kampanye kubu lawan.

"Bila mengacu pada teori fungsi kampanye, seharusnya Jokowi acclaim, mempromosikan diri atau minimal defense, bertahan bukan ikut attack atau menyerang, " kata Hendri Satrio di Jakarta, Jumat (10/11).

Kondisi ini menurutnya kemungkinan terjadi karena tiga hal,  pertama Jokowi terpengaruh buzzer, pembisiknya sehingga terpancing keluar.  Kedua, kubu Jokowi panik sehingga memaksakan diri keluar karena percaya bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang.

"Ketiga, atau memang aslinya gaya komunikasi politik Jokowi yang agresif sehingga memang inginnya muncul di permukaan," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan politik dan pesta demokrasi itu sudah semestinya disambut dan dihinggapi rasa gembira oleh masyarakat Indonesia, bukan untuk menakut-nakuti.

Presiden melihat bahwa sekarang ini banyak politikus yang pandai memengaruhi masyarakat, namun yang amat disayangkan olehnya, para pelaku politik cenderung tidak memandang etika berpolitik dan keberadaban.

"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan dan kekhawatiran. Setelah takut, yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat emang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga, masyarakat akan menjadi ragu-ragu," kata Presiden saat acara penyerahan sertifikat hak atas tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal.

Presiden memiliki satu istilah khusus untuk menggambarkan perilaku berpolitik tak beretika yang menebar ketakutan dan kekhawatiran di tengah masyarakat. Berangkat dari mitos Jawa mengenai makhluk halus, ia menyebut hal itu sebagai "politik genderuwo", politik yang menakut-nakuti.

"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya 'politik genderuwo', menakut-nakuti," kata Jokowi seperti yang dirilis oleh Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement