REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Edouard Phillipe mengatakan kekerasan terhadap orang Yahudi dan tindakan antisemitisme di negaranya melonjak dalam sembilan bulan terakhir. Ia menjanjikan tindakan hukum akan ditingkatkan terhadap para pelaku.
Philippe mengungkapkan, sejak awal tahun ini hingga September, tindakan antisemitisme telah meningkat 69 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017. Menurutnya, hal tersebut harus menjadi perhatian bagi semua masyarakat Prancis.
“Tidak tersisa cara yang acuh tak acuh untuk merawat korban dengan lebih baik, mengakui keluhan mereka dan lebih efisien menghukum mereka yang melakukan serangan,” kata Philippe dalam sebuah unggahan di Facebook pribadinya pada Jumat (9/11).
Ia mengatakan, pemerintah akan menunjuk hakim dan jaksa khusus untuk menangani kasus antisemitisme. Selain itu, pemerintah juga akan meluncurkan program kesadaran di sekolah umum guna menekan terjadinya kasus serupa.
Prancis memiliki komunitas Yahudi terbesar di Eropa yang mencapai 400 ribu orang. Dalam beberapa tahun terkahir telah terjadi sejumlah serangan serius yang mengincar komunitas Yahudi. Salah satunya adalah pembunuhan empat orang Yahudi di sebuah supermarket produk halal pada Januari 2015. Serangan itu dilakukan oleh orang yang dipengaruhi ajaran atau nilai-nilai yang digaungkan ISIS.
Pada Maret, seorang wanita Yahudi berusia 85 tahun ditikam hingga tewas dan dibakar di apartemennya di Paris. Pelaku, yang berjumlah dua orang, didakwa dengan pembunuhan yang dimotivasi kebencian atau antisemitisme.
Selain serangan, aksi-aksi vandal, seperti grafiti bertuliskan pesan antisemitisme yang ditorehkan di dinding dekat sinagoge dan pencoretan kuburan orang Yahudi juga telah terjadi di Prancis. Crif, sebuah organisasi payung yang mewakili orang Yahudi di Prancis mengungkapkan, pesan antisemitisme di dunia maya pun merebak.
“Kami telah melihat peningkatan yang sangat kuat dalam pesan antisemit di internet, Kami juga melihat perkembangan kebencian terhadap Israel yang diterjemahkan menjadi anti-Zionisme yang ganas, yang seperti kata presiden, menjadi bentuk anti-Semitisme yang baru diciptakan kembali,” katat Presiden Crif Francis Kalifat.
Kanselir Jerman Angela Merkel, Jumat, mengatakan negaranya memiliki kewajiban moral untuk melawan kebangkitan antisemitisme, terutama di negaranya. Hal itu diungkapkannya di sebuah sinagoge di Berlin saat menandai peringatan ke-80 progrom “Kristallnacht” terhadap orang-orang Yahudi di Nazi Jerman.