REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DVI Commander Kombes Pol Lisda Cancer berharap, 195 kantong jenazah yang ditemukan oleh tim SAR gabungan telah mewakili bagian tubuh para penumpang pesawat Lion Air PK LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu. Meski, menurutnya, dari 195 kantong jenazah yang telah diterima RS Polri Kramat Jati belum tentu seluruh jenazah penumpang telah terevakuasi.
"Kalau misalkan nanti ada jenazah yang tidak teridentifikasi itu ada kemungkinannya dua. Yang pertama, mungkin tidak terevakuasi bagian tubuh itu oleh Basarnas dan tidak dikirim kepada kami. Yang kedua, mungkin kondisinya sudah tidak baik sehingga hasil DNA nya tidak keluar. Itu bisa saja terjadi," jelas Lisda di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Ahad (11/11).
Lisda menjelaskan, sampel DNA yang kurang baik dapat menyulitkan proses identifikasi oleh tim DVI. "Mungkin ada pembusukan, namanya terendam air laut lama ya. Itu terjadi pembusukan degradasi artinya DNAnya rusak," kata dia.
Menurut Lisda, sampel DNA dapat diambil dari rambut, darah, tulang dan bagian tubuh lain. Namun, untuk kasus kecelakaan pesawat Lion Air ini, sampel DNA diambil berdasarkan bagian tubuh yang dievakuasi dari lapangan.
"Tapi Postmortem tentu kami memeriksanya berdasarkan dari apa yang kami dapatkan dari lapangan, jadi mungkin kalau nemunya bagian tubuhnya berupa jaringan, tentu kita akan ambil dari situ (jaringan), kalau bagian tubuhnya berupa tulang, kita ambil dari situ (tulang)," ucap Lisda.
Ia menyatakan, tim DVI Polri akan tetap melakukan identifikasi terhadap korban bagaimanapun kondisinya saat diantar tim SAR. Kondisinya memang setelah hari ke-12 dan ke-13 kemarin memang tidak sebagus awal. "Tapi akan terus kami usahakan untuk mendapatkan profil DNA," serunya.
Hingga saat ini, tim DVI Polri telah mengidentifikasi 79 penumpang pesawat Lion Air JT 610 dari 189 korban yang ada. Artinya, masih ada 110 penumpang lagi yang masih belum teridentifikasi.